BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa merupakan alat
untuk berkomunikasi yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal, perasaan dan
kehendak kepada orang lain. Melalui bahasa seseorang dapat berinteraksi atau
berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan. Dalam suatu
percakapan yang pada hakekatnya dilakukan untuk berkomunikasi, tidak mungkin
dilakukan tanpa menggunakan bahasa. Jika penggunaan bahasa tersebut disertai
dengan isyarat tangan, ini hanya upaya untuk mempertegas maksud. Bahasa
merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa adalah sistem,
lambang, bunyi. Bunyi pada bahasa yang termasuk lambang bahasa adalah
bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi yang bukan dihasilkan
oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa, misalnya : bunyi teriak,
batuk, bersin, bunyi orokan. Jenis bunyi-bunyi diatas terjadi tanpa disadari
dan tidak dapat menyampaikan pesan apa-apa, sedangkan bunyi teriakan bisa
terjadi dengan disadari walau kadang-kadang dipakai juga untuk menyampaikan
pesan. Tetapi tetap bukan bunyi bahasa, karena tidak dapat dikombinasikan
dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan. Bunyi orokan biasanya tidak
dapat menyampaikan pesan apa-apa karena tidak termasuk kedalam sistem bunyi
bahasa.
Bahasa menempati urutan
pertama dalam unsur kebudayaan universal. Tidak dapat dipungkiri. Bahsa
merupakan sarana komunikasi yang paling utama di dunia. Ada begitu banyak ahasa
yang digunakan manusia untuk berkounikasi satu dengan yang lainnya dimuka bumi
ini, seperti bahasa Inggris, Mandarin, Indonesia, Jepang, Arab dan masih banyak
lagi.
Sebagai bangsa yang membuka
diri terhadap perkembangan zaman, bangsa Indonesia senantiasa mengadakan
komunikasi dengan bangsa lain. Komunikasi tersebut terjadi dalam berbagai
kegiatan, seperti kegiatan kemasyarakatan, pemerintahan, perdagangan dan
bisnis. Dengan adanya komunikasi tersebut terjadi pola kontak bahasa yang
terjadi antara bangsa Indonesia dengan berbagai bangsa lain.
Bahasa, khususnya
Mandarin sudah semakin banyak di pelajari saat ini dan mulai diakui sebagai
salah satu bahasa Internasional yang penggunaannya semakin penting dirasakan
oleh masyarakat. Perdagangan, kebudayaan dan hubungan diplomatik dengan negara
China sudah semakin berkembang dewasa ini, bahkan belakangan banyak tempat
pariwisata di Indonesia yang di kunjungi wisatawan dari China.
Setiap bahasa mempunyai
kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya, dalam
pemakaian suatu bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Misalnya : situasi dalam rapat dinas, seminar atau
karya ilmiah adalah menggunakan pemakaian bahasa yang resmi.
Apabila dalam situasi
semacam itu digunakan kata-kata nggak, dibilang dan sejenisnya, bahasa yang
digunakan itu dapat dikatakan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi
pemakaiannya.
Belajar suatu bahasa
tidak terlepas dari segi tata bahasanya. Demikian juga halnya dengan bahasa
Mandarin. Pelafalan yang tidak tepat dari suatu bahasa kerap menjadi penghambat
yang cukup serius bagi penutur pemula, terlebih bahasa Mandarin memiliki
berjuta-juta kata dengan intonasi yang berbeda-beda. Pembentukan kalimat dalam
bahasa Mandarin memiliki aturan-aturan tertentu. Aturan inilah yang digunkan
tata bahasa.
Tata bahasa adalah
pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan kata-kata dan penyusun
kata-kata dalam kalimat. Tata bahasa merupakan kaidah atau aturan-aturan
penyusunan kata, gabungan kata dan kalimat. Untuk bisa bertutur dalam bahasa
Mandarin secara baik dan benar, maka seseorang perlu mempelajari tata bahasa
yang baik dan benar. Pelafalan dalam bahasa Mandarin dibagi menjadi dua. Yaitu
pelafalan huruf vokal dan pelafalan huruf konsonan. Pada saat kita
berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, sebuah kata yang kita ucapkan bisa
sedikitnya memiliki empat arti yang berbeda-beda. Dikarenakan jenis nadanya.
Dalam bahasa Mandarin sangat menentukan arti sebuah kata. Nada dalam bahasa
Mandarin sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada
dapat menyebabkan perbedaan arti dan
kesalahpahaan.
Contoh : kata “tang”
akan memiliki arti sesuai dengan pelafalannya.
1. 汤 (Tāng) = Sup.
Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada tinggi dan datar.
2. 糖 (Táng) =
Permen. Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada menanjak.
3. 躺 (Tǎng) =
Berbaring. Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada turun kemudian naik.
4. 烫 (Tàng) =
Menyetrika. Vokal ‘a’ diucapkan dengan
nada menukik.
Keempat kata diatas memiliki arti yang berbeda-beda dengan pelafalan
yang sekilas hampir sama. Berkomunikasi dalam bahasa Mandarin memerlukan
ketelitian, ketepatan, dan pemahaman yang benar untuk bisa melafalkan bunyi
yang terkait secara tepat dan benar.
Bahasa Mandarin mempunyai perbedaan sistem dan lambang bunyi yang
berbeda dengan Bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi antara kedua bahasa itu
disebabkan oleh adanya bunyi bahasa di dalam Bahasa Indonesia yang tidak
dimiliki oleh bahasa Mandarin. Begitu pula dengan lambang bunyi kedua bahasa
tersebut juga tidak sama. Bahasa Mandarin menggunakan lambang bunyi yang
disebut Aksara Mandarin汉字 (hanzi) yang memiliki nada,
sedangkan bahasa Indonesia menggunakan lambang bunyi yang disebut abjad dengan
tulisan latin.
Untuk menghindari kesalahan pelafalan, maka seseorang perlu mempelajari
tata bahasa yang baik dan benar, terutama padasaat ia hendak berbicara dengan
orang asing maupun suku-suku lain yang tidak sebahasa. Hal ini sangat perlu
bila ingin menjalin komunikasi yang baik.
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk itulah penulis
tertarik untuk menambah ilmu tentang bagaimana kesalahan pelafalan kerap sering
terjadi dalam penggunaan bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi Sastra
Mandarin Universitas Widya Kartika.
Pelafalan secara
leksial disebut juga fonetik. Fonetik yang artinya menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah pengucapan (penghasilan) bunyi ujar, sistem suatu
bahasa. Untuk itu dalam karya ilmiah ini, penulis akan membahas kesalahan
pelafalan yang kerap menjadi permasalahan bagi penutur pemula bahasa Mandarin.
Permasalahannya bukan hanya terletak pada sekedar salah melafalkan, namun
karena bunyi ujaran sebuah kata dalam bahasa Mandarin memiliki kemiripan yang
sama pelafalannya dengan kata yang lain tetapi berbeda maknanya. Hal inilah
yang menyulitkan pembelajar ataupun penutur pemula maupun penulis sendiri
karena tidak terlalu fasih melafalkannya dengan tepat.
Di dalam bentuk
pernyataan, masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa dan bagaimanakah
kesalahan pelafalan dalam bahasa mandarin?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut
akan diturunkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus lagi sebgai
berikut.
1. Seperti
apakah bentuk kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada mahasiswa program
studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika?
2. Apakah
faktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada mahasiswa
program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dalam melakukan setiap
kegiatan pasti selalu mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam
sebuah penelitian ilmiah, menurut Endraswara(2003 : 201) tujuan merupakan
penjabaran permasalahan secara deskriptif. Penelitian yang penulis lakukan
terhadap analisis kesalahan pelafalan bahasa Mandarin pada mahasiswa program
studi bahasa Mandarin ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui bentuk kesalahan pelafalan yang kerap terjadi pada mahasiswa program
studi bahasa Mandarin Universitas Widya Kartika.
2. Untuk
mengetahui faktor penyebab kesalahan pelafalan yang terjadi pada mahasiswa
program studi Sastra Mandarin Universitas widya Kartika.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat praktis dari
penelitian ini adalah :
1. Memberikan
gambaran tentang jenis kesalahan dalam pelafalan bahasa mandarin sehingga dapat
dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki atau menghindari kesalahan-kesalahan
yang serupa bagi mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya
Kartika.
2. Memberikan
gambaran pada dosen (staf pengajar) tentang proses terjadinya kesalahan
pelafalan dalam bahasa Mandarin sehingga dapat dicari atau dipilih metode
pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
3. Memberikan
gambaran tentang faktor penyebab timbulnya kesalahan pelafalan dalam bahasa
Mandarin sehingga para dosen dapat memberikan latihan sebanyak mungkin sesuai
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa.
Selain manfaat praktis
diatas, penelitian ini juga diharapkan memberi manfaat secara teoritis yaitu :
1. Menambah
pengetahuan penulis dan pembaca untuk memperbaiki kesalahan pelafalan bahasa
Mandarin yang kerap sering terjadi.
2. Sebagai
bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut.
1.5 Batasan
Masalah
Melihat
kenyataan bahwa objek penelitian penulis adalah mahasiswa program studi bahasa
Mandarin yang masih belajar atau sebagai penutur pemula Bahasa mandarin, akan
ditemukan banyak kesalahan dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :
1. Kesalahan
Dalam Ejaan (Spelling)
2. Tanda
Baca (Punctuation)
3. Tata
Kalimat (Syntax)
4. Penggunaan
Penanda Waktu (Tense)
5. Pembentukaan
Kata (Word Formation)
6. Uraian
Kata (Word Ordering)
7. Kesusuaian
(Agreement)
8. Pembubuhan
Kata Bantu (Preposisi)
9. Perbendaharaan
Kata (Vocabulary) dan masih banyak lagi.
Maka penulis membatasi
masalah pada kesalahan pelafalan saja. Dalam penelitian ini penulis membatasi
ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada kesalahan pelafalan dan objek
penelitian adalah mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya
Kartika.
BAB
2
LANDASAN
TEORI
2.1 Review
Hasil Penelitian
1. Pembelajaraan
karakter Bahasa Mandarin bagi pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Mandarin di
Chongqing.
-
Mengerti perbedaan
budaya.
-
Dasar bahasa misal :
alfabet vs karakter bahasa mandarin.
-
Pola belajar membuat bahasa
Mandarin tidak mudah dipelajari.
-
Menggunakan metode belajar
bahasa mandarin dengan benar.
-
Bahasa ini akan terasa
berjalan ringan, menyenangkan dan efektif.
2. Penggunaan
metode permainan ular tangga dalam pembelajaraan Hanzi pada siswa kelas VII E
SMPK Stella Maris Surabaya.
-
Menciptakan lingkungan
belajar yang sepenuhnya membenamkan murid dalam pengalaman yang interaktif.
-
Mencoba mengusir
ketakutan pada pembelajar ketika menghadapi lingkungan yang penuh dengan
tantangan.
-
Pengajar juga harus
merancang sarana pengajaran yang artistik dalam kreasi lngkungan
-
Hasil pembelajaran yang
optimal.
-
Partisipasi dalam
lingkungan realistik dimana siswa dapat mencoba hal baru dengan aman.
3. Pengaruh
pinyin terhadap pelafalan Bahasa Mandarin pada siswa kelas 4 SD Surabaya
Montessori School.
-
Cara pengucapan bahasa
Mandarin sangat penting.
-
Cara pengucapan adalah
landasan untuk bisa menguasai bahasa Mandarin.
-
Belajar bahasa Mandarin
harus memahami cara pengucapannya dulu.
-
Apabila terjadi
kesalahan dalam posisi pelafalan
-
Cara pelafalan, maka
lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.
4. Analisis
kesalaahan penggunaan sinonim Bahasa Mandarin terhadap mahasiswa Indonesia di
Chongqing Normal University.
-
Memperlancar proses
belajar bahasa dengan cepat dan mudah.
-
Kesalahan penggunaan
kata keterangan waktu dalam bahasa Mandarin.
-
Kesalahan komponen
linguistik yaitu leksikon.
-
Kesalahan orang yang
sedang belajar dengan objek yang jelas.
-
Kesalahan penggunaan
kata negasi
5. Analisiss
penguasaan karakter mandarin pada mahasiswa semester 3 prodi Bahasa Mandarin
Universitas Widya Kartika dengan menggunakan Komponen dan Radikal.
-
Membantu melafalkan
huruf bahasa Mandarin dan kurang cocok dipelajari secara terpisah.
-
Memahami dan menguasai
huruf Mandarin.
-
Kemampuan memahami
bentuk tertulis merupakan hal mutlak.
-
Menggunakan daya
analisis.
-
Imajinasi untuk
memahami setiap huruf bahasa Mandarin.
2.2
Karateristik Bahasa Mandarin
Bahasa
Mandarin memiliki karateristik yang berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal
ini bisa ditinjau di dari berbagai aspek, misalnya dari pelafalannya.
·
Nada
Dalam
bahasa Mandarin, terdapat 4 nada (nada 1, nada 2, nada 3 dan nada 4) dan 1 nada
netral, dimana masing-masing nada memiliki fungsi untuk membedakan arti. Jika
ditulis dengan pinyin, keempat nada ditulis sebagai simbol :
Nada
1 “---“, nada 2 “/ “, nada 3” ˅ “ dan nada 4 “ \”
Diletakan
diatas huruf vokal dalam pinyin.
Gambar
nada dalam Mandarin
Nada
Pertama (汤) , merupakan nada tinggi yang dilafalkan datar, di tabel
tampak sebagai garis warna pink, dalam garis nada digambarkan dengan nada 5-5.
Nada kedua (糖) dalam tabel digambar dengan warna
green, yaitu nada yang dilafalkan naik yaitu nada 3-5. Nada ketiga (躺) dalam tabel yang digambarkan dengan warna blue,
pelafalannya yaitu turun kemudian naik, yaitu nada 2-1-4. Yang terakhir adalah
nada keempat(烫), di tabel nampak sebagai garis
warna yellow, dilafalkan dengan nada turun ke bawah, yaitu nada 5-1. Selain
keempat nada yang tercantum di tabel, terdapat nada netral, yaitu nada ringan
yang tidak termasuk salah satu dari keempat tanda di atas. Nada netral hanya muncul
di kosakata tunggal tertentu, atau kosakata yang terdiri dari dua atau lebih
Hanzi.
2.3
Teori Bahasa Akuisisi
Bahasa
akuisisi adalah sebuah proses dimana manusia memperoleh kemampuan mengerti dan
memahami bahasa, serta memproduksi dan menggunakan kata-kata untuk
berkomunikasi. Kapasitas untuk memahami bahasa pada manusia terletak di otak.
Kapasitas bahasa manusia terbatas, dapat memahami jumlah kalimat tak terbatas,
yang didasarkan pada prinsip sintaksis disebut rekursi.
Bahasa
akuisisi biasanya mengacu pada akuisisi bahasa pertama, yaitu mempelajari
bahasa asli. Sedangkan akuisisi bahasa kedua berkaitan dengan akuisisi dari
bahasa tambahan.
Seorang
anak lahir dengan memiliki kemampuan sebagian besar aspek bahasa tanpa secara
eksplisit diajarka, atau sesuatu yang dipelajari di sekolah. Seorang anak
memiliki kapasitas menunjukan bahwa otak manusia dalam penguasaan bahasa yang
sangat freksibel, beberapa dibentuk oleh lingkungan bahasa tertentu dimana
orang tersebut dilahirkan, sedangkan bahasa kedua faktor lain adalah
berdasarkan kemampuan kognitif bayi dalam menyerap bahasa yang lain.
2.4 Kesimpulan
-
Masing-masing mempunyai
nada yang berbeda-beda.
-
Bahasa Mandarin
memiliki karateristik yang berbeda-beda dengan bahasa yang lain.
-
Dapat memahami jumlah
kalimat tak terbatas.
-
Kemampuan kognitif bayi
dalam menyerap bahasa yang lain.
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1
Konsonan Bahasa Mandarin
Cara
pelafalan konsonan dalam bahasa Mandarin sangat tergantung pada posisi lidah,
bibir, gigi dan cara melafalkan. Apabila terjadi kesalahan dalam posisi
pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.
Berikut ini adalah panduan untuk dapat menghasilkan pelafalan bahasa Mandarin
dengan baik dan benar.
No.
Konsonan Cara Pelafalan
1 b Suara
bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan p dalam bahasa Indonesia
2 p Suara
bibir (labial) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ph dalam bahasa Indonesia
3 m Suara
bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan m dalam bahasa Indonesia
4 f Suara
bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan f dalam bahasa Indonesia
5 d Suara
ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan t dalam bahasa Indonesia
6 t Suara
ujung Lidah (apical) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan th dalam bahasa
Indonesia
7 n Suara
ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan n dalam bahasa Indonesia
8 l Suara
ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan l dalam bahasa Indonesia
9 g Suara
pangkal lidah (velar). Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan
konsonan k dalam bahasa Indonesia
10 k Suara
pangkal lidah (velar) aspirasi. Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut,
lafalkan konsonan kh dalam bahasa Indonesia
11 h Suara
pangkal lidah (velar). Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan
konsonan h dalam bahasa Indonesia
12 j Suara
badan lidah (dorsal). Lafalkan seperti konsonan c dalam bahasa Indonesia
13 q Suara
badan lidah (dorsal) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ch dalam bahasa
Indonesia
14 x Suara
badan lidah (dorsal). Lafalkan mirip konsonan s, dalam bahasa Indonesia, namun
dilafalkan dengan badan lidah bukan dengan ujung lidah.
15 zh Suara
lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal). Setelah lidah di tekuk ke
langit-langit mulut, lafalkan konsonan z
16 ch Suara
lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk
ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan ch
17 sh Suara
lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk
ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan s
18 r Suara
lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk
ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan r
19 z Suara
lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas
bagian dalam, lalu lafalkan konsonan z
20 c Suara
lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas
bagian dalam, lalu lafalkan konsonan c
21 s Suara
lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas
bagian dalam, lalu lafalkan konsonan s
22 y Lafalkan
seperti vokal i (yi=i)
23 w Lafalkan
seperti vokal u (wu=u)
Konsonan dalam pinyin
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu konsonan aspirasi (送气音/
sòng qì yīn) dan konsonan non-aspirasi(不送气音/
bù sòng qì yī). Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya,
konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, sedangkan konsonan
non-aspirasi tidak. Konsonan yang merupakan konsonan aspirasi adalah: p, t, k,
q, ch, c.
3.2 Mempelajari
pengucapan Dalam Bahasa Mandarin
Cara
pengucapan dalam bahasa Mandarin sangat penting. Cara pengucapan adalah
landasan untuk bisa menguasai bahasa Mandarin. Maka, ingin belajar bahasa
Mandarin harus memahami cara pengucapannya dulu. Cara pengucapan dalam bahasa
Mandarin tidak terlepas dari yang disebut sebagai Pin
Bahasa
Mandarin merupakan bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem
penulisannya, oleh karena itu tanpa adanya sistem penulisan latin akan sulit
bagi orang asing untuk mempelajari bahasa Mandarin. Maka pada tahun 1958
pemerintah Cina secara resmi menggunakan sistem fonetik pinyin, yang dibuat
oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik Rakyat Cina (中国文字改革委员会/
zhōng guó wén zì gǎi gé wěi yuán huì) sebagai sistem penulisan latinnya. Sistem
fonetik pinyin mempermudah pemelajar asing yang hanya menguasai huruf latin.
Saat ini pinyin telah digunakan pada banyak tempat seperti pada sistem
pengetikan huruf han di komputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar,
software komputer, dan lain-lain.
Bentuk
penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku
kata terdiri dari huruf vokal (声母/shēng
mǔ) dan huruf konsonan (韵母/yùn
mǔ) dan nada (声调/
shēng diào) yang diletakkan di atas huruf vokal. Bentuk suku yin(拼音).
Apa
itu Pinyin ?
kata pinyin dapat berupa huruf vokal saja
seperti : a, e, ai, ei, ao, ou, atau terdiri dari huruf konsonan dan vokal,
seperti : ba, mu, na, le, ti dan dapat juga terdiri dari huruf vokal dan
konsonan, seperti : en, er.
3.3
Cara Melafalkan Pinyin
Pinyin memiliki vokal dan konsonan. Cara pelafalan vokal
lebih kurang sama dengan pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk
konsonan memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia, berikut
adalah bentuk konsonan dalam Pinyin :
1. Suara bibir
(bilabial) : b p m
2. Suara gigi atas dan
bibir bawah (labio dental) : f
3. Suara ujung Lidah
(apico dental) : d t n l
4. Suara pangkal lidah
(dorso velar) : g k h
5. Suara badan lidah :
j q x
6. Suara lidah ditekuk
ke langit-langit mulut (apico palatal) : zh ch sh r
7. Suara lidah pada
gigi depan bagian dalam (lamino dental) : z c s
3.4 Vokal Bahasa
Mandarin
Vokal dalam pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal
dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal
ganda dan vokal dengung/nasal. Berikut adalah penjelasan mengenai cara pelafalan
vokal pinyin :
o. Vokal
Cara Pelafalan
1. a dilafalkan
a, seperti dalam kata “aku”
2. i dilafalkan
i, seperti dalam kata “ibu”
3. u dilafalkan
u, seperti dalam kata “udara”
4. e dilafalkan
e, seperti dalam kata “entah”, dan dapat dilafalkan seperti e dalam kata “enak”
5. o dilafalkan
o, seperti dalam kata “orang”
6. ü disebut
sebagai ü umlaut, pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal i, kemudian
rubah posisi mulut menjadi vokal u.Contoh
7. ai lafalkan
vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i.
seperti “ai” dalam kata “belai”
8. ei lafalkan
vokal e terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i.
seperti “ei” dalam kata “hei!”
9. ao lafalkan
vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o.
seperti “ao” dalam kata “row” bahasa Inggris.
10. ou lafalkan
vokal o terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal u.
seperti “ou” dalam kata “o..ow!!”
11. ia lafalkan
vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a.
seperti “ia” dalam kata “ya!!”
12. ie lafalkan
vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam
kata “enak”
13. iao lafalkan
vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ao.
seperti dalam lafal “yao”
14. ua lafalkan
vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a.
seperti dalam lafal “wa”
15. uo lafalkan
vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o.
seperti dalam lafal “wo”
16. uai lafalkan
vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ai.
seperti dalam lafal “wai”
17. üe lafalkan
vokal ü terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam
kata “enak”
18. an lafalkan
seperti dalam kata “anjing”
19. en lafalkan
seperti dalam kata “entah”
20. ang lafalkan
seperti dalam kata “angka”
21. eng lafalkan
seperti dalam kata “enggak”
22. ong lafalkan
vokal o terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan eng.
23. ian=ien lafalkan
vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an yang
dilafalkan seperti kata en dalam “enak”
24. in lafalkan
seperti dalam kata “internet”
25. iang lafalkan
seperti dalam kata “yang”
26. ing lafalkan
seperti dalam kata “inggris”
27. iong=iung lafalkan
vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal ong.
lafalkan seperti yung dalam kata “gayung”
28. uan lafalkan
seperti dalam kata “awan”
29. uang lafalkan
seperti dalam kata “uang”
30. ueng lafalkan
seperti dalam lafal “weng”
31. üan lafalkan
vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an
32. ün lafalkan
vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal en
BAB
4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bab
ini berisi kesimpulan dari hasil analisis bab-bab sebelumnya. Serta saran untuk
menjadikan langkah lebih maju dan lebih baik dalam menganalisi suatu masalah.
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
-
Apabila terjadi
kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan
akan kurang tepat.
-
Perbedaan antara
keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan
dorongan udara dari mulut, sedangkan konsonan non-aspirasi tidak.
-
Pelafalan vokal lebih
kurang sama dengan pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk konsonan
memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia
-
Bunyi bahasa atau bunyi
ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
4.2 Saran
-
Mahasiswa harus
mendapat perhatian lebih pada pelajaran bahasa Mandarin, khususnya tentang
pelafalan.
-
Dosen bahasa Mandarin
Universitas Widya Kartika harus sering memberikan banyak latihan pada
pelafalan.
-
Media yang digunakan
dalam proses pembelajaran hendaknya lebih bervariasi agar motivasi belajar
mahasiswa dalam bidang pelafalan meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar