Rabu, 17 Desember 2014

PEMBELAJARAN PELAFALAN BAHASA MANDARIN BAGI MAHASISWA YANG BELAJAR BAHASA MANDARIN DI UNIVERSITAS WIDYA KARTIKA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal, perasaan dan kehendak kepada orang lain. Melalui bahasa seseorang dapat berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan. Dalam suatu percakapan yang pada hakekatnya dilakukan untuk berkomunikasi, tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan bahasa. Jika penggunaan bahasa tersebut disertai dengan isyarat tangan, ini hanya upaya untuk mempertegas maksud. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa adalah sistem, lambang, bunyi. Bunyi pada bahasa yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa, misalnya : bunyi teriak, batuk, bersin, bunyi orokan. Jenis bunyi-bunyi diatas terjadi tanpa disadari dan tidak dapat menyampaikan pesan apa-apa, sedangkan bunyi teriakan bisa terjadi dengan disadari walau kadang-kadang dipakai juga untuk menyampaikan pesan. Tetapi tetap bukan bunyi bahasa, karena tidak dapat dikombinasikan dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan. Bunyi orokan biasanya tidak dapat menyampaikan pesan apa-apa karena tidak termasuk kedalam sistem bunyi bahasa.
Bahasa menempati urutan pertama dalam unsur kebudayaan universal. Tidak dapat dipungkiri. Bahsa merupakan sarana komunikasi yang paling utama di dunia. Ada begitu banyak ahasa yang digunakan manusia untuk berkounikasi satu dengan yang lainnya dimuka bumi ini, seperti bahasa Inggris, Mandarin, Indonesia, Jepang, Arab dan masih banyak lagi.
Sebagai bangsa yang membuka diri terhadap perkembangan zaman, bangsa Indonesia senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa lain. Komunikasi tersebut terjadi dalam berbagai kegiatan, seperti kegiatan kemasyarakatan, pemerintahan, perdagangan dan bisnis. Dengan adanya komunikasi tersebut terjadi pola kontak bahasa yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan berbagai bangsa lain.
Bahasa, khususnya Mandarin sudah semakin banyak di pelajari saat ini dan mulai diakui sebagai salah satu bahasa Internasional yang penggunaannya semakin penting dirasakan oleh masyarakat. Perdagangan, kebudayaan dan hubungan diplomatik dengan negara China sudah semakin berkembang dewasa ini, bahkan belakangan banyak tempat pariwisata di Indonesia yang di kunjungi wisatawan dari China.
Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya, dalam pemakaian suatu bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya : situasi dalam rapat dinas, seminar atau karya ilmiah adalah menggunakan pemakaian bahasa yang resmi.
Apabila dalam situasi semacam itu digunakan kata-kata nggak, dibilang dan sejenisnya, bahasa yang digunakan itu dapat dikatakan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari segi tata bahasanya. Demikian juga halnya dengan bahasa Mandarin. Pelafalan yang tidak tepat dari suatu bahasa kerap menjadi penghambat yang cukup serius bagi penutur pemula, terlebih bahasa Mandarin memiliki berjuta-juta kata dengan intonasi yang berbeda-beda. Pembentukan kalimat dalam bahasa Mandarin memiliki aturan-aturan tertentu. Aturan inilah yang digunkan tata bahasa.
Tata bahasa adalah pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan kata-kata dan penyusun kata-kata dalam kalimat. Tata bahasa merupakan kaidah atau aturan-aturan penyusunan kata, gabungan kata dan kalimat. Untuk bisa bertutur dalam bahasa Mandarin secara baik dan benar, maka seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar. Pelafalan dalam bahasa Mandarin dibagi menjadi dua. Yaitu pelafalan huruf vokal dan pelafalan huruf konsonan. Pada saat kita berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, sebuah kata yang kita ucapkan bisa sedikitnya memiliki empat arti yang berbeda-beda. Dikarenakan jenis nadanya. Dalam bahasa Mandarin sangat menentukan arti sebuah kata. Nada dalam bahasa Mandarin sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti  dan kesalahpahaan.
Contoh : kata “tang” akan memiliki arti sesuai dengan pelafalannya.
1.      (Tāng) = Sup. Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada tinggi dan datar.
2.      (Táng) = Permen. Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada menanjak.
3.      (Tǎng) = Berbaring. Vocal ‘a’ diucapkan dengan nada turun kemudian naik.
4.      (Tàng) = Menyetrika.  Vokal ‘a’ diucapkan dengan nada menukik.
       Keempat kata diatas memiliki arti yang berbeda-beda dengan pelafalan yang sekilas hampir sama. Berkomunikasi dalam bahasa Mandarin memerlukan ketelitian, ketepatan, dan pemahaman yang benar untuk bisa melafalkan bunyi yang terkait secara tepat dan benar.
      Bahasa Mandarin mempunyai perbedaan sistem dan lambang bunyi yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi antara kedua bahasa itu disebabkan oleh adanya bunyi bahasa di dalam Bahasa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bahasa Mandarin. Begitu pula dengan lambang bunyi kedua bahasa tersebut juga tidak sama. Bahasa Mandarin menggunakan lambang bunyi yang disebut Aksara Mandarin汉字 (hanzi) yang memiliki nada, sedangkan bahasa Indonesia menggunakan lambang bunyi yang disebut abjad dengan tulisan latin.
       Untuk menghindari kesalahan pelafalan, maka seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama padasaat ia hendak berbicara dengan orang asing maupun suku-suku lain yang tidak sebahasa. Hal ini sangat perlu bila ingin menjalin komunikasi yang baik.






1.2  Rumusan Masalah
Untuk itulah penulis tertarik untuk menambah ilmu tentang bagaimana kesalahan pelafalan kerap sering terjadi dalam penggunaan bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika.
Pelafalan secara leksial disebut juga fonetik. Fonetik yang artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengucapan (penghasilan) bunyi ujar, sistem suatu bahasa. Untuk itu dalam karya ilmiah ini, penulis akan membahas kesalahan pelafalan yang kerap menjadi permasalahan bagi penutur pemula bahasa Mandarin. Permasalahannya bukan hanya terletak pada sekedar salah melafalkan, namun karena bunyi ujaran sebuah kata dalam bahasa Mandarin memiliki kemiripan yang sama pelafalannya dengan kata yang lain tetapi berbeda maknanya. Hal inilah yang menyulitkan pembelajar ataupun penutur pemula maupun penulis sendiri karena tidak terlalu fasih melafalkannya dengan tepat.
Di dalam bentuk pernyataan, masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa dan bagaimanakah kesalahan pelafalan dalam bahasa mandarin?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut akan diturunkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus lagi sebgai berikut.
1.      Seperti apakah bentuk kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika?
2.      Apakah faktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika?

1.3  Tujuan Penelitian
Dalam melakukan setiap kegiatan pasti selalu mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam sebuah penelitian ilmiah, menurut Endraswara(2003 : 201) tujuan merupakan penjabaran permasalahan secara deskriptif. Penelitian yang penulis lakukan terhadap analisis kesalahan pelafalan bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi bahasa Mandarin ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bentuk kesalahan pelafalan yang kerap terjadi pada mahasiswa program studi bahasa Mandarin Universitas Widya Kartika.
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab kesalahan pelafalan yang terjadi pada mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas widya Kartika.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1.      Memberikan gambaran tentang jenis kesalahan dalam pelafalan bahasa mandarin sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki atau menghindari kesalahan-kesalahan yang serupa bagi mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika.
2.      Memberikan gambaran pada dosen (staf pengajar) tentang proses terjadinya kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin sehingga dapat dicari atau dipilih metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
3.      Memberikan gambaran tentang faktor penyebab timbulnya kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin sehingga para dosen dapat memberikan latihan sebanyak mungkin sesuai dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa.

Selain manfaat praktis diatas, penelitian ini juga diharapkan memberi manfaat secara teoritis yaitu :
1.      Menambah pengetahuan penulis dan pembaca untuk memperbaiki kesalahan pelafalan bahasa Mandarin yang kerap sering terjadi.
2.      Sebagai bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut.

1.5  Batasan Masalah

Melihat kenyataan bahwa objek penelitian penulis adalah mahasiswa program studi bahasa Mandarin yang masih belajar atau sebagai penutur pemula Bahasa mandarin, akan ditemukan banyak kesalahan dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :
1.      Kesalahan Dalam Ejaan (Spelling)
2.      Tanda Baca (Punctuation)
3.      Tata Kalimat (Syntax)
4.      Penggunaan Penanda Waktu (Tense)
5.      Pembentukaan Kata (Word Formation)
6.      Uraian Kata (Word Ordering)
7.      Kesusuaian (Agreement)
8.      Pembubuhan Kata Bantu (Preposisi)
9.      Perbendaharaan Kata (Vocabulary) dan masih banyak lagi.
Maka penulis membatasi masalah pada kesalahan pelafalan saja. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada kesalahan pelafalan dan objek penelitian adalah mahasiswa program studi Sastra Mandarin Universitas Widya Kartika.










BAB 2
LANDASAN TEORI


2.1  Review Hasil Penelitian
1.      Pembelajaraan karakter Bahasa Mandarin bagi pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Mandarin di Chongqing.
-          Mengerti perbedaan budaya.
-          Dasar bahasa misal : alfabet vs karakter bahasa mandarin.
-          Pola belajar membuat bahasa Mandarin tidak mudah dipelajari.
-          Menggunakan metode belajar bahasa mandarin dengan benar.
-          Bahasa ini akan terasa berjalan ringan, menyenangkan dan efektif.

2.      Penggunaan metode permainan ular tangga dalam pembelajaraan Hanzi pada siswa kelas VII E SMPK Stella Maris Surabaya.
-          Menciptakan lingkungan belajar yang sepenuhnya membenamkan murid dalam pengalaman yang interaktif.
-          Mencoba mengusir ketakutan pada pembelajar ketika menghadapi lingkungan yang penuh dengan tantangan.
-          Pengajar juga harus merancang sarana pengajaran yang artistik dalam kreasi lngkungan
-          Hasil pembelajaran yang optimal.
-          Partisipasi dalam lingkungan realistik dimana siswa dapat mencoba hal baru dengan aman.

3.      Pengaruh pinyin terhadap pelafalan Bahasa Mandarin pada siswa kelas 4 SD Surabaya Montessori School.
-          Cara pengucapan bahasa Mandarin sangat penting.
-          Cara pengucapan adalah landasan untuk bisa menguasai bahasa Mandarin.
-          Belajar bahasa Mandarin harus memahami cara pengucapannya dulu.
-          Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan
-          Cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.

4.      Analisis kesalaahan penggunaan sinonim Bahasa Mandarin terhadap mahasiswa Indonesia di Chongqing Normal University.
-          Memperlancar proses belajar bahasa dengan cepat dan mudah.
-          Kesalahan penggunaan kata keterangan waktu dalam bahasa Mandarin.
-          Kesalahan komponen linguistik yaitu leksikon.
-          Kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas.
-          Kesalahan penggunaan kata negasi



5.      Analisiss penguasaan karakter mandarin pada mahasiswa semester 3 prodi Bahasa Mandarin Universitas Widya Kartika dengan menggunakan Komponen dan Radikal.
-          Membantu melafalkan huruf bahasa Mandarin dan kurang cocok dipelajari secara terpisah.
-          Memahami dan menguasai huruf Mandarin.
-          Kemampuan memahami bentuk tertulis merupakan hal mutlak.
-          Menggunakan daya analisis.
-          Imajinasi untuk memahami setiap huruf bahasa Mandarin.

2.2 Karateristik Bahasa Mandarin
Bahasa Mandarin memiliki karateristik yang berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal ini bisa ditinjau di dari berbagai aspek, misalnya dari pelafalannya.
·         Nada
Dalam bahasa Mandarin, terdapat 4 nada (nada 1, nada 2, nada 3 dan nada 4) dan 1 nada netral, dimana masing-masing nada memiliki fungsi untuk membedakan arti. Jika ditulis dengan pinyin, keempat nada ditulis sebagai simbol :
Nada 1 “---“, nada 2 “/ “, nada 3” ˅ “ dan nada 4 “ \”
Diletakan diatas huruf vokal dalam pinyin.

Gambar nada dalam Mandarin
Nada Pertama  () , merupakan nada tinggi yang dilafalkan datar, di tabel tampak sebagai garis warna pink, dalam garis nada digambarkan dengan nada 5-5. Nada kedua () dalam tabel digambar dengan warna green, yaitu nada yang dilafalkan naik yaitu nada 3-5. Nada ketiga () dalam tabel yang digambarkan dengan warna blue, pelafalannya yaitu turun kemudian naik, yaitu nada 2-1-4. Yang terakhir adalah nada keempat(), di tabel nampak sebagai garis warna yellow, dilafalkan dengan nada turun ke bawah, yaitu nada 5-1. Selain keempat nada yang tercantum di tabel, terdapat nada netral, yaitu nada ringan yang tidak termasuk salah satu dari keempat tanda di atas. Nada netral hanya muncul di kosakata tunggal tertentu, atau kosakata yang terdiri dari dua atau lebih Hanzi.
2.3 Teori Bahasa Akuisisi
Bahasa akuisisi adalah sebuah proses dimana manusia memperoleh kemampuan mengerti dan memahami bahasa, serta memproduksi dan menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi. Kapasitas untuk memahami bahasa pada manusia terletak di otak. Kapasitas bahasa manusia terbatas, dapat memahami jumlah kalimat tak terbatas, yang didasarkan pada prinsip sintaksis disebut rekursi.
Bahasa akuisisi biasanya mengacu pada akuisisi bahasa pertama, yaitu mempelajari bahasa asli. Sedangkan akuisisi bahasa kedua berkaitan dengan akuisisi dari bahasa tambahan.
Seorang anak lahir dengan memiliki kemampuan sebagian besar aspek bahasa tanpa secara eksplisit diajarka, atau sesuatu yang dipelajari di sekolah. Seorang anak memiliki kapasitas menunjukan bahwa otak manusia dalam penguasaan bahasa yang sangat freksibel, beberapa dibentuk oleh lingkungan bahasa tertentu dimana orang tersebut dilahirkan, sedangkan bahasa kedua faktor lain adalah berdasarkan kemampuan kognitif bayi dalam menyerap bahasa yang lain.
           
2.4  Kesimpulan
-          Masing-masing mempunyai nada yang berbeda-beda.
-          Bahasa Mandarin memiliki karateristik yang berbeda-beda dengan bahasa yang lain.
-          Dapat memahami jumlah kalimat tak terbatas.
-          Kemampuan kognitif bayi dalam menyerap bahasa yang lain.














BAB 3
PEMBAHASAN

            3.1 Konsonan Bahasa Mandarin
Cara pelafalan konsonan dalam bahasa Mandarin sangat tergantung pada posisi lidah, bibir, gigi dan cara melafalkan. Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat. Berikut ini adalah panduan untuk dapat menghasilkan pelafalan bahasa Mandarin dengan baik dan benar.
No. Konsonan Cara Pelafalan
1          b          Suara bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan p dalam bahasa Indonesia
2          p          Suara bibir (labial) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ph dalam bahasa Indonesia
3          m         Suara bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan m dalam bahasa Indonesia
4          f           Suara bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan f dalam bahasa Indonesia
5          d          Suara ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan t dalam bahasa Indonesia
6          t           Suara ujung Lidah (apical) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan th dalam bahasa Indonesia
7          n          Suara ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan n dalam bahasa Indonesia
8          l           Suara ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan l dalam bahasa Indonesia
9          g          Suara pangkal lidah (velar). Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan konsonan k dalam bahasa Indonesia
10        k          Suara pangkal lidah (velar) aspirasi. Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan konsonan kh dalam bahasa Indonesia
11        h          Suara pangkal lidah (velar). Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan konsonan h dalam bahasa Indonesia
12        j           Suara badan lidah (dorsal). Lafalkan seperti konsonan c dalam bahasa Indonesia
13        q          Suara badan lidah (dorsal) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ch dalam bahasa Indonesia
14        x          Suara badan lidah (dorsal). Lafalkan mirip konsonan s, dalam bahasa Indonesia, namun dilafalkan dengan badan lidah bukan dengan ujung lidah.
15        zh        Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal). Setelah lidah di tekuk ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan z
16        ch        Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan ch
17        sh         Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan s
18        r           Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal)aspirasi. Setelah lidah di tekuk ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan r
19        z         Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, lalu lafalkan konsonan z
20        c         Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, lalu lafalkan konsonan c
21        s          Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental). Ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, lalu lafalkan konsonan s
22        y          Lafalkan seperti vokal i (yi=i)
23        w         Lafalkan seperti vokal u (wu=u)
Konsonan dalam pinyin dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu konsonan aspirasi (送气音/ sòng qì yīn) dan konsonan non-aspirasi(不送气音/ bù sòng qì yī). Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, sedangkan konsonan non-aspirasi tidak. Konsonan yang merupakan konsonan aspirasi adalah: p, t, k, q, ch, c.













3.2 Mempelajari pengucapan Dalam Bahasa Mandarin
Cara pengucapan dalam bahasa Mandarin sangat penting. Cara pengucapan adalah landasan untuk bisa menguasai bahasa Mandarin. Maka, ingin belajar bahasa Mandarin harus memahami cara pengucapannya dulu. Cara pengucapan dalam bahasa Mandarin tidak terlepas dari yang disebut sebagai Pin
Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem penulisannya, oleh karena itu tanpa adanya sistem penulisan latin akan sulit bagi orang asing untuk mempelajari bahasa Mandarin. Maka pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi menggunakan sistem fonetik pinyin, yang dibuat oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik Rakyat Cina (中国文字改革委员会/ zhōng guó wén zì gǎi gé wěi yuán huì) sebagai sistem penulisan latinnya. Sistem fonetik pinyin mempermudah pemelajar asing yang hanya menguasai huruf latin. Saat ini pinyin telah digunakan pada banyak tempat seperti pada sistem pengetikan huruf han di komputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar, software komputer, dan lain-lain.
Bentuk penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku kata terdiri dari huruf vokal (声母/shēng mǔ) dan huruf konsonan (韵母/yùn mǔ dan nada (声调/ shēng diào) yang diletakkan di atas huruf vokal. Bentuk suku yin(拼音).
Apa itu Pinyin ?
 kata pinyin dapat berupa huruf vokal saja seperti : a, e, ai, ei, ao, ou, atau terdiri dari huruf konsonan dan vokal, seperti : ba, mu, na, le, ti dan dapat juga terdiri dari huruf vokal dan konsonan, seperti : en, er.

            3.3 Cara Melafalkan Pinyin
            Pinyin memiliki vokal dan konsonan. Cara pelafalan vokal lebih kurang sama dengan pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk konsonan memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia, berikut adalah bentuk konsonan dalam Pinyin :
1. Suara bibir (bilabial) : b p m
2. Suara gigi atas dan bibir bawah (labio dental) : f
3. Suara ujung Lidah (apico dental) : d t n l
4. Suara pangkal lidah (dorso velar) : g k h
5. Suara badan lidah : j q x
6. Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (apico palatal) : zh ch sh r
7. Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (lamino dental) : z c s



3.4 Vokal Bahasa Mandarin
            Vokal dalam pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda dan vokal dengung/nasal. Berikut adalah penjelasan mengenai cara pelafalan vokal pinyin :

o.         Vokal 
Cara Pelafalan
1.         a          dilafalkan a, seperti dalam kata “aku”
2.         i           dilafalkan i, seperti dalam kata “ibu”
3.         u          dilafalkan u, seperti dalam kata “udara”
4.         e          dilafalkan e, seperti dalam kata “entah”, dan dapat dilafalkan seperti e dalam kata “enak”
5.         o          dilafalkan o, seperti dalam kata “orang”
6.         ü          disebut sebagai ü umlaut, pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal i, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal u.Contoh
7.         ai         lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ai” dalam kata “belai”
8.         ei         lafalkan vokal e terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ei” dalam kata “hei!”
9.         ao        lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti “ao” dalam kata “row” bahasa Inggris.
10.       ou        lafalkan vokal o terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal u. seperti “ou” dalam kata “o..ow!!”
11.       ia         lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti “ia” dalam kata “ya!!”
12.       ie         lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
13.       iao       lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ao. seperti dalam lafal “yao”
14.       ua        lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti dalam lafal “wa”
15.       uo        lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti dalam lafal “wo”
16.       uai       lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ai. seperti dalam lafal “wai”
17.       üe        lafalkan vokal ü terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
18.       an        lafalkan seperti dalam kata “anjing”
19.       en        lafalkan seperti dalam kata “entah”
20.       ang      lafalkan seperti dalam kata “angka”
21.       eng      lafalkan seperti dalam kata “enggak”
22.       ong      lafalkan vokal o terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan eng.
23.       ian=ien            lafalkan vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an yang dilafalkan seperti kata en dalam “enak”
24.       in         lafalkan seperti dalam kata “internet”
25.       iang     lafalkan seperti dalam kata “yang”
26.       ing       lafalkan seperti dalam kata “inggris”
27.       iong=iung        lafalkan vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal ong. lafalkan seperti yung dalam kata “gayung”
28.       uan      lafalkan seperti dalam kata “awan”
29.       uang    lafalkan seperti dalam kata “uang”
30.       ueng    lafalkan seperti dalam lafal “weng”
31.       üan      lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an
32.       ün        lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal en
           








BAB 4
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis bab-bab sebelumnya. Serta saran untuk menjadikan langkah lebih maju dan lebih baik dalam menganalisi suatu masalah. Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
-          Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.
-          Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, sedangkan konsonan non-aspirasi tidak.
-          Pelafalan vokal lebih kurang sama dengan pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk konsonan memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia
-          Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

4.2  Saran
-          Mahasiswa harus mendapat perhatian lebih pada pelajaran bahasa Mandarin, khususnya tentang pelafalan.
-          Dosen bahasa Mandarin Universitas Widya Kartika harus sering memberikan banyak latihan pada pelafalan.
-          Media yang digunakan dalam proses pembelajaran hendaknya lebih bervariasi agar motivasi belajar mahasiswa dalam bidang pelafalan meningkat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar