BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
Memasuki era globalisasi seperti
sekarang ini peranan bahasa mandarin sangat penting. Apalagi sekarang menjadi
bahasa Internasional kedua setelah bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Mandarin
sangat dibutuhkan guna memperlancar hubungan bisnis, studi,perdagangan, dan
pariwisata. Pentingnya mempelajari bahasa asing dijadikan sebagai suatu
persiapan demi meningkatkan kompetensi saat memasuki dunia kerja. Kesadaran ini
membuat banyak orang Indonesia tertarik mempelajari bahasa Mandarin.
Melihat perkembangan China yang ternyata
mampu mempengaruhi ekonomi dunia, maka Papar Kepala Sekolah mengambil langkah
memberikan materi Bahasa Mandarin mulai dari TK, SD, SMP, SMA. Belajar bahasa
asing, murid langsung bisa menghubungkan otak dengan lisan. Belajar bahasa
Mandarin, otak harus berhubungan dengan dua jurusan yang berbeda sekaligus,
yaitu: bunyi dan arti.Itulah sebabnya anak yang sejak kecil belajar bahasa
mandarin IQ’nya naik antara 15-20%. Dengan itu, diharapkan bahasa Mandarin
dapat dipelajari sejak kecil karena selain anak-anak lebih cepat dalam menyerap
pelajaran, bahasa Mandarin merupakan bahasa yang susah dan memiliki banyak
kosakata.
TK Taman Rini Surabaya merupakan salah
satu TK yang menyadari pentingnya bahasa Mandarin. Oleh karena itu, Kepala
Sekolah TK Taman Rini memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan
penelitian di kelas nol besar (B) dan kelas nol kecil (A) dengan tujuan siswa TK
Taman Rini dapat mengenal dan mempelajari bahasa Mandarin dasar. Materi yang
diberikan sama, hanya metode pengajarannya yang berbeda. Karena di kelas A
belum seluruh siswa dapat membaca dan menulis, jadi siswa masih dibantu mengeja
pelafalan bahasa Mandarin dari ucapan guru dan dibantu dalam menulis huruf,
baik menulis pinyin maupun hanzi. Sedangkan siswa kelas B sudah
mempunyai kompetensi membaca dan menulis, jadi siswa tinggal memperdalam
pengucapan, cara menulis hanzi dan maknanya. Dan karena mata pelajaran
bahasa Mandarin baru pertama kali diajarkan di TK ini, jadi tidak tersedianya
buku panduan untuk disajikan. Maka, penulis mencari dan membuat sendiri materi
yang akan disampaikan.
Dalam pendidikan anak usia 4-6 tahun
khususnya Taman Kanak-kanak merupakan masa anak mengamati, mendengar dan
menirukan. Karena itu diperlukan metode pengajaran dan media pembelajaran dalam
upaya mengembangkan kemampuan dasar berbahasa. Tidak mudah memberikan pelajaran
bahasa Mandarin kepada siswa, agar mereka dapat menyukai dan enjoy
dengan bahasa Mandarin. Dengan pikiran yang dibuat setenang mungkin, santai,
dan
terbuka sehingga bahan materi yang merangsang saraf penerima dapat diterima dan
dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Soenjono Dardjowidjojo,1996;63).
Untuk mempermudah siswa menerima pelajaran dibutuhkan media pembelajaran.
Anggani Sudono mengemukakan bahwa media pembelajaran atau sumber belajar adalah
bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai
keterampilan kepada siswa,
misalnya
buku referensi, buku cerita, dan buku gambar-gambar. Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, penulis menggunakan media gambar dan permainan dalam penyampaian
materi bahasa Mandarin. Dengan menggunakan media gambar, siswa dapat menerima
dan mengerti maksud dari materi yang disampaikan. Dan khususnya memudahkan
siswa dalam menulis hanzi. Sedangkan dengan menggunakan media permainan,
siswa akan merasa senang, enjoy, antusias dan bersemangat untuk belajar,
sekaligus dapat memudahkan siswa untuk mengingat kosakata-kosakata yang
diberikan. Dengan memberikan pelajaran yang disertai media bantu, sebuah
pelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, juga dapat memicu daya
kreatif anak. Dan lagi media gambar dan permainan sangat efisien dan efektif
dalam proses pembelajaran.
1.2 Rumusan
Masalah
Perumusan masalah diperlukan guna
menegaskan masalah-masalah yang akan diteliti, sehingga memudahkan
pengerjaannya serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah cerita gambar dalam
pengenalan bahasa Mandarin dapat efektif dan lebih mudah dipahami oleh siswa TK
Taman Rini?
2. Apa saja kendala yang dialami
selama proses belajar mengajar dan bagaiman solusinya?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam penelitian ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah media gambar dalam pengucapan dan pelafalan bahasa
Mandarin dasar dapat efektif dan lebih dipahami oleh siswa TK Taman Rini.
2.
Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami selama proses belajar mengajar
dan bagaimana solusinya.
1.4 Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, dalam pembelajaran bahasa
Mandarin khususnya di TK Taman Rini.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat guna menambah
khasanah kepustakaan di bidang pengetahuan khususnya bahasa Mandarin
b. Dapat menjadi acuan (referensi)
bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian yang akan datang apabila
bidang penelitiannya sama dengan yang penulis teliti.
1.5 Metode
Penelitian
Metode penting
sekali kegunaannya dalam penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara
untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipercaya kebenarannya sehingga
hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tujuan
dari penelitian dapat dicapai. Adapun jenis metode penelitian sebagai berikut :
a. Observasi
Teknik
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung di lapangan terhadap objek penelitian.
b. Wawancara
Teknik
pengumpulan data melalui wawancara dengan informan yang terkait dengan tema
penelitian yang bersifat informal kepada Kepala Sekolah, Guru pamong, dan
Siswa.
c. Studi Pustaka
Teknik
Pengumpulan data dengan cara mempelajari referensi atau buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai
landasan dalam membahas kenyataan yang ditemui dalam penelitian dan
mempertanggungjawabkan evaluasi dalam pembahasan masalah.
BAB
2
LANDASAN
TEORI
2.1 Rewiew Hasil
Peneltian
A. Analisa Keefektivan Penggunaan Metode Drill dan Permainan dalam
Pembelajaran Bahasa Mandarin untuk Siswa Kelas VIIC SMP Kristen Gloria 2
Surabaya
B. Analisa Kesalahan Penggunaan Kata 不 “bu” dan 没 “mei” pada Siswa kelas 4 dan 5 SDK Wijana
Sejati Mojokerto
C. Penggunaan Teknik Membaca Drill Guna
Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Pelajaran Bahasa Mandarin pada
Siswa Kelas VB SD YPPI 2 Donokerto Surabaya
D. Penggunaan Media Pembelajaran pada Pembelajaran
Tata Bahasa Mandarin untuk Siswa Kelas VC SD Gloria Pakuwon City Surabaya
E. Analisa Kesalahan dalam Penggunaan kata
keterangan “再” dan “又” pada Mahasiswa Prodi Mandarin di Universitas
Widya Kartika Surabaya
2.2 Belajar
Bahasa Asing Kedua
2.1.1 Pengertian Belajar Bahasa
Asing Kedua
Penggunaan bahasa ibu atau bahasa
pertama kali adalah suatu hal yang wajar dan ilmiah. Seorang anak pada umur
kurang lebih lima tahun sering disebut “Akil Baliq secara bahasa” (Linguistically
Adult) sudah lancar dan mantap dalam berbahasa ibu,baik dalam lafal, tata
bahasa maupun penggunaan kalimat dalam percakapan. Sedangkan belajar bahasa
kedua yaitu bahasa diluar bahasa Indonesia. Bahasa asing adalah bahasa yang
dipakai oleh orang asing yaitu kelompok orang atau masyarakat diluar
lingkungannya, misalkan: bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab dan lain-lain.
Belajar bahasa bukan hanya kegiatan
menghafal, tetapi juga mencoba mengerti arti dan kegunaan bahasa tersebut dalam
bahasa tulis dan lisan. Menurut paham Behaviorisme, belajar harus berlangsung
dalam lima tahap yaitu a. Trial and Error b. Mengingat-ingat c. Meniru d.
Mengasosiasikan e. Menganalogi ( Pranomo, 1996:21 ).
Yang dimaksud dengan bahasa kedua adalah
bahasa yang tidak diperoleh seseorang secara wajar dari kecil (M.F. Baradja,
1990:21). Pemerolehan bahasa kedua diartikan dengan mengajar dan belajar bahasa
asing dan atau bahasa kedua lainnya (Henry Guntur Tarigan, 1988:125).
Belajar bahasa kedua (bahasa Inggris,
bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Arab, dan sebagainya) pada umumnya
dilakukan secara formal, yaitu di kelas bersama seorang guru dengan menggunakan
buku teks tertentu. Hakikat belajar bahasa kedua tidak sama dengan belajar
bahasa pertama. Belajar bahasa pertama dimulai dari “nol” (pembelajar belum menguasai
bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini berjalan seiring dengan
perkembangan fisik dan psikisnya.
Menurut Bialystok, dalam belajar bahasa
kedua terdapat tiga macam ilmu pengetahuan (knowledge) dalam proses
belajar bahasa kedua, yaitu Input, Knowledge, dan Output. Pembelajar
jika ingin berhasil dalam belajar bahasa kedua harus memiliki pengalaman (language
exposure) dan ini disebut Input. Kemudian, segala macam informasi
dan pengalaman yang diperoleh si pembelajar harus disimpan di suatu tempat yang
disebut Knowledge. Dan akhirnya sampailah pada Output, yaitu
kemampuan untuk memahami dan
mengutarakan
isi hati (M.F. Baradja, 1990: 23-24; Bialystok, 1980: 46).
2.1.2 Tinjauan Tentang Kosakata
Kosakata merupakan semua kata yang
terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara
atau penulis. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan ( TIM
penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1995 : 327), sedangkan menurut Zainuddin (1992 :
8), kosakata digunakan untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk dan jenis
benda, bisa menggunakan kesatuan bahasa yang bermakna, yang disebut kata atau kelompok
kata.
Kualitas keterampilan berbahasa
seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas yang dimilikinya.
Semakin besar kosakata yang dimiliki semakin besar pula kemungkinan terampil
berbahasa. Sehingga bisa dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas, tingkatan dan
kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan
mentalnya (Tarigan, 1993 : 2-3).
2.2
Suggestopedia
2.2.1
Sejarah Perkembangan Suggestopedia
Metode ini dirintis pada musim panas
tahun 1975 di Bulgaria ketika sekelompok peminat di Institut Penelitian
Pedagogy di bawah Georgi Lozanow melakukan penelitian mengenai pengajaran
bahasa asing. Pada awal perkembangannya, suggestopedia hanya dicoba di negara-negara
Eropa Timur seperti Uni Soviet, Jerman Timur, dan Hongaria (Soenjono
Dardjowidjojo, 1996:62). Menurut Lozanow, sebagai landasan yang paling dasar
suggestopedia
adalah suggestology, yakni suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan
bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya
sugesti.
Pikiran harus dibuat setenang mungkin,
santai, dan terbuka sehingga bahan-bahan yang merangsang saraf penerimaan bisa
dengan mudah diterima dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Soenjono
Dardjowidjojo, 1996:63).
Ciri-ciri metode ini mencakup suasana
sugestif di tempat penerapannya, dengan cahaya yang lemah lembut, musik yang
sayup-sayup, dekorasi ruangan yang ceria, tempat duduk yang menyenangkan, dan
teknikteknik dramatik yang dipergunakan oleh guru dalam penyajian bahan
pembelajaran. Semua itu secara total bertujuan membuat para pembelajar
santai,
yang memungkinkan mereka membuka hati untuk belajar bahasa dalam suatu model
yang tidak menekan atau membebani para siswa. (Richards dan Rodgers, 1993:142).
2.2.2
Teknik Pelaksanaan Pengajaran
Teknik pelaksanaan pengajaran bahasa
dengan suggestopedia sangat unik. Untuk kelas yang intensif, pembelajar bertemu
selama empat jam sehari, enam kali seminggu, untuk jangka waktu satu bulan.
Ostrander dan Schruder yang menyatakan bahwa suggestopedia bisa menghasilkan
sampai 50 kali lebih baik daripada metode lain (Bancroft dalam Soenjono
Dardjowidjojo, 1996:66).
Soenjono Dardjowidjojo (1996:66)
memberikan kritik yang realistis terhadap penerapan suggestopedia. Menurutnya,
apabila metode ini diterapkan di Indonesia maka akan terjadi pertentangan
antara prinsip dasar suggestopedia dengan realitas yang dihadapi para guru di
sekolah. Sebagai guru bahasa di sekolah, mereka harus mengikuti suatu sistem
kurikulum yang berlaku, dan sudah tentu sekolah tidak mungkin menyediakan ruang
yang besar untuk gerakan fisik siswa atau pun ruangan yang nyaman dengan music
klasik, dekorasi ruang yang cerah, dan persyaratan penciptaan kondisi
suggestopedia lainnya.
2.2.3
Suggestopedia Bersifat Humanistik
Menurut Stevick (dalam Muljanto Sumardi,
1996:20), pendekatan pengajaran bahasa yang mengutamakan peranan siswa dan
berorientasi pada kebutuhan siswa disebut pendekatan yang bersifat humanistik.
Dan menurut Stevick, pengajaran bahasa dianggap tidak bersifat humanistik
apabila siswa belajar hanya karena tradisi atau karena kemauan orang lain, atau
apabila proses belajar mengajar dikuasai sepenuhnya oleh guru. Tidak ada
komunikasi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa yang lain. Siswa
datang ke
sekolah
dengan rasa tegang, takut membuat kesalahan, atau takut akan disalahkan guru.
(Muljanto Sumardi, 1996:23) mengemukakan
mengenai beberapa cirri pendekatan yang bersifat humanistik, yaitu:
1.
Melibatkan siswa seutuhnya dan memberi peranan lebih besar kepada siswa,
induktif pendekatannya dan non korektif. Yang terakhir ini artinya bahwa
membuat kesalahan dalam proses belajar itu wajar dan koreksi itu dilakukan
nanti.
2.
Pendekatan ini menganjurkan dan menggalakkan situasi komunikatif dan mencoba
menciptakan suasana dan rasa kebersamaan. Banyak guru setuju bahwa rasa takut
dan bosan adalah musuh utama learning. Rasa gembira dan tenang merupakan
prasyarat bagi proses belajar yang efektif dan cepat. Ini berarti bahwa dalam
mempelajari bahasa siswa harus merasa aman, tak terancam, santai, dan juga
tertarik pada pelajaran dan merasa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
bermakna dalam bahasa yang dipelajarinya.
2.3
Media Pembelajaran
2.3.1
Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang
secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Menurut Purnamawati dan
Eldarni (2001 : 4) yaitu: “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi
proses belajar”. Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi
tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima
informasinya adalah
siswa.
Anggani Sudono mengemukakan bahwa media
pembelajaran atau sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan
untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa; antara
lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, nara sumber, benda atau
hasil-hasil budaya.
2.3.2
Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu
dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa
kita pungkiri keberadaannya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi
pembelajaran yang rumit dan komplek. Manfaat media dalam proses pembelajaran
(Arif S. Sadiman 1996) adalah:
a.
Dapat memperjelas penyampaian pesan agar tidak bersifat verbalitas
(dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
b.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra: objek kecil.
c.
Dapat mengatasi sifat pasif anak didik.
d.
Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik
terhadap
materi pengajaran yang disajikan
e.
Menimbulkan rangsangan dan motivasi siswa untuk belajar mandiri sesuai
kemampuan
dirinya.
2.3.3
Prinsip memilih media pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan mediapembelajaran, yaitu :
a.
media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan pengajaran
b.
media yang dipilih hendaknya disenangi guru dan siswa yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa
c.
media yang digunakan hendaknya tepat kegunaan dan tujuannya
d.
media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya alat/bahannya atau
tersedia waktu untuk mempersiapkan dan mempergunakannya.
2.3.4
Jenis-jenis Media
Ada berbagai macam jenis media yang
lazim digunakan dalam pembelajaran, diantaranya adalah :
a.
Media grafis termasuk media visual
Media grafis berfungsi untuk menyalurkan
pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan. Media ini banyak jenisnya seperti gambar(foto), sketsa, diagram,
bagan(chart), garifk(graphs), papan panel, papan buletin.
b.
Media audio, yang berkaitan dengan pendengaran
Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik,
piringan hitam dan laboratorium bahasa.
c.
Media Proyeksi diam
Beberapa jenis media proyeksi diam
antara lain: Film bingkai (slide), Film rangkai, Overhead
transparancy (OHT), Overhead projector (OHP).
d.
Media cetak seperti buku, surat kabar.
2.4 Kesimpulan
Sementara
Dari
bab 2 ini dapat diperoleh kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut:
1.
Media
pembelajaran dalam mempelajari Bahasa Mandarin serta melafalkan Bahasa Mandarin
sangatlah banyak.
2.
Bahasa
Mandarin sangatlah penting karena Bahasa Mandarin merupakan Bahasa Internasional
kedua setelah Bahasa Inggris
3.
Bahasa
Mandarin sangatlah penting sehingga harus diajarkan kepada anak-anak mulai
sejak kecil karena anak kecil lebih mudah menirukan pelafalan dan sugesti yang
diberikan oleh orang dewasa.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Mempelajari
pengucapan Dalam Bahasa Mandarin
Cara pengucapan dalam bahasa
Mandarin sangat penting. Cara pengucapan adalah landasan untuk bisa menguasai
bahasa Mandarin. Maka, ingin belajar bahasa Mandarin harus memahami cara
pengucapannya dulu. Cara pengucapan dalam bahasa Mandarin tidak terlepas dari
yang disebut sebagai Pin
Bahasa Mandarin merupakan bahasa
yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem penulisannya, oleh karena itu
tanpa adanya sistem penulisan latin akan sulit bagi orang asing untuk
mempelajari bahasa Mandarin. Maka pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi
menggunakan sistem fonetik pinyin, yang dibuat oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan
(LPT) Republik Rakyat Cina (中国文字改革委员会/
zhōng guó wén zì gǎi gé wěi yuán huì) sebagai sistem penulisan latinnya. Sistem
fonetik pinyin mempermudah pemelajar asing yang hanya menguasai huruf latin.
Saat ini pinyin telah digunakan pada banyak tempat seperti pada sistem
pengetikan huruf han di komputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar,
software komputer, dan lain-lain.
Bentuk penulisan pinyin paling
sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku kata terdiri dari huruf
vokal (声母/shēng mǔ) dan huruf
konsonan (韵母/yùn mǔ) dan nada (声调/ shēng diào) yang diletakkan di atas
huruf vokal. Bentuk suku yin(拼音).
Apa itu Pinyin ?
kata pinyin dapat berupa huruf vokal saja
seperti : a, e, ai, ei, ao, ou, atau terdiri dari huruf konsonan dan vokal,
seperti : ba, mu, na, le, ti dan dapat juga terdiri dari huruf vokal dan konsonan,
seperti : en, er.
3.2
Cara Melafalkan Pinyin
Pinyin
memiliki vokal dan konsonan. Cara pelafalan vokal lebih kurang sama dengan
pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk konsonan memiliki perbedaan
yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia, berikut adalah bentuk konsonan dalam
Pinyin :
1. Suara bibir (bilabial) : b p m
2. Suara gigi atas dan bibir bawah (labio dental) :
f
3. Suara ujung Lidah (apico dental) : d t n l
4. Suara pangkal lidah (dorso velar) : g k h
5. Suara badan lidah : j q x
6. Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (apico
palatal) : zh ch sh r
7. Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (lamino
dental) : z c s
3.3
Vokal Bahasa Mandarin
Vokal
dalam pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal
dalam pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda dan vokal dengung/nasal.
Berikut adalah penjelasan mengenai cara pelafalan vokal pinyin :
o. Vokal
Cara Pelafalan
1. a dilafalkan a, seperti dalam kata “aku”
2. i dilafalkan i, seperti dalam kata
“ibu”
3. u dilafalkan u, seperti dalam kata
“udara”
4. e dilafalkan e, seperti dalam kata
“entah”, dan dapat dilafalkan seperti e dalam kata “enak”
5. o dilafalkan o, seperti dalam kata
“orang”
6. ü disebut sebagai ü umlaut,
pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal i, kemudian rubah posisi mulut
menjadi vokal u.Contoh
7. ai lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ai” dalam kata “belai”
8. ei lafalkan vokal e terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ei” dalam kata “hei!”
9. ao lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti “ao” dalam kata “row” bahasa
Inggris.
10. ou lafalkan vokal o terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal u. seperti “ou” dalam kata “o..ow!!”
11. ia lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti “ia” dalam kata “ya!!”
12. ie lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
13. iao lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ao. seperti dalam lafal “yao”
14. ua lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti dalam lafal “wa”
15. uo lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti dalam lafal “wo”
16. uai lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ai. seperti dalam lafal “wai”
17. üe lafalkan vokal ü terlebih dahulu, lalu
posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
18. an lafalkan seperti dalam kata “anjing”
19. en lafalkan seperti dalam kata “entah”
20. ang lafalkan seperti dalam kata “angka”
21. eng lafalkan seperti dalam kata “enggak”
22. ong lafalkan vokal o terlebih dahulu lalu
tanpa merubah posisi mulut, lafalkan eng.
23. ian=ien lafalkan vokal i terlebih dahulu
lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an yang dilafalkan seperti kata
en dalam “enak”
24. in lafalkan seperti dalam kata “internet”
25. iang lafalkan seperti dalam kata “yang”
26. ing lafalkan seperti dalam kata “inggris”
27. iong=iung lafalkan vokal i terlebih dahulu lalu
tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal ong. lafalkan seperti yung dalam
kata “gayung”
28. uan lafalkan seperti dalam kata “awan”
29. uang lafalkan seperti dalam kata “uang”
30. ueng lafalkan seperti dalam lafal “weng”
31. üan lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu
tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an
32. ün lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu
tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal en
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bab ini berisi
kesimpulan dari hasil analisis bab-bab sebelumnya. Serta saran untuk menjadikan
langkah lebih maju dan lebih baik dalam menganalisi suatu masalah. Berdasarkan
pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
-
Apabila terjadi kesalahan dalam posisi
pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.
-
Media gambar dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar dapat memotivasikan siswa TK Taman Rini dalam belajar bahasa Mandarin.
Siswa dapat menulis dan menghafal hanzi dengan media gambar. Media permainan
dapat menciptakan situasi kelas menjadi demokratis dan terbuka, sehingga
membuat siswa nyaman berada dikelas dan berani mengeksplorasikan diri. Hal ini
terbukti dari hasil evaluasi disetiap pertemuannya. Hasil yang diperoleh siswa
rata-rata baik.
4.2 Saran
Adapun saran-saran tersebut
adalah :
1.
Penyediaan
sarana penunjang yang memadai dalam belajar bahasa Mandarin, seperti buku-buku pelajaran dari
penerbit yang telah diakui bukunya atau bahan bacaan untuk mendukung.
2.
Para
guru di TK Taman Rini harus sering memberi pelatihan kepada para siswanya agar
mereka dapat melafalkan bahasa mandarin dengan tepat
3.
Media
yang digunakan harus bisa membuat para siswa untuk dapat semakin meningkatan
kemampuan dalam berbahasa Mandarin
Kami CV. Bahagia Sukses Makmur Menjual Tenda Roder bentangan l0 dan kelipatan 5 , tenda transparan yang digunakan buat wedding atau acara lain dan tenda kerucut yang bisa digunakan untuk tempat promosi dan bisa juga digunakan untuk tenda vaksinasi covid 19 dengan Berbagai Macam Bahan Dan Ukuran betangan 10, 15 dan betagan 20 Sesuai Dengan Kebutuhan Yang diPerlukan tenda vaksinasi juga Bisa Digunakan untuk tempat ruagan darurat sesuai kebutuhan bapak ibu.
BalasHapusuntuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami
NO. HP :081996000567 (lina)
Alamat Ruko Cendana raya 15 a Tangerang, Bencongan indah, Karawaci Tanggerang
https://www.jualo.com/profile/iklan
https://www.olx.co.id/myads
https://id.pinterest.com/tendaroder24/_created/
https://twitter.com/PameranR8
https://sites.google.com/u/2/new?authuser=2
https://www.kaskus.co.id/@Huruftimbul23/?ref=header&med=profile_menu
https://www.tokopedia.com/alishabsm
#jualtendasarnafilmurah #jualtendabentagan10 #jualtendabentagan15 #jualtendabentagan20 #jualtendaBerkualitas #jualtendavaksinasitangerang #jualtendavaksinasijakarta #jualtendavaksinasibogor #jualtendavaksinasidepok