Rabu, 17 Desember 2014

PENGAPLIKASIAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBAHASA MANDARIN BERPENGARUH PADA PENGUCAPAN SERTA PELAFALAN PADA ANAK TK TAMAN RINI SURABAYA


BAB 1

PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang masalah

Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini peranan bahasa mandarin sangat penting. Apalagi sekarang menjadi bahasa Internasional kedua setelah bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Mandarin sangat dibutuhkan guna memperlancar hubungan bisnis, studi,perdagangan, dan pariwisata. Pentingnya mempelajari bahasa asing dijadikan sebagai suatu persiapan demi meningkatkan kompetensi saat memasuki dunia kerja. Kesadaran ini membuat banyak orang Indonesia tertarik mempelajari bahasa Mandarin.

Melihat perkembangan China yang ternyata mampu mempengaruhi ekonomi dunia, maka Papar Kepala Sekolah mengambil langkah memberikan materi Bahasa Mandarin mulai dari TK, SD, SMP, SMA. Belajar bahasa asing, murid langsung bisa menghubungkan otak dengan lisan. Belajar bahasa Mandarin, otak harus berhubungan dengan dua jurusan yang berbeda sekaligus, yaitu: bunyi dan arti.Itulah sebabnya anak yang sejak kecil belajar bahasa mandarin IQ’nya naik antara 15-20%. Dengan itu, diharapkan bahasa Mandarin dapat dipelajari sejak kecil karena selain anak-anak lebih cepat dalam menyerap pelajaran, bahasa Mandarin merupakan bahasa yang susah dan memiliki banyak kosakata.

TK Taman Rini Surabaya merupakan salah satu TK yang menyadari pentingnya bahasa Mandarin. Oleh karena itu, Kepala Sekolah TK Taman Rini memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian di kelas nol besar (B) dan kelas nol kecil (A) dengan tujuan siswa TK Taman Rini dapat mengenal dan mempelajari bahasa Mandarin dasar. Materi yang diberikan sama, hanya metode pengajarannya yang berbeda. Karena di kelas A belum seluruh siswa dapat membaca dan menulis, jadi siswa masih dibantu mengeja pelafalan bahasa Mandarin dari ucapan guru dan dibantu dalam menulis huruf, baik menulis pinyin maupun hanzi. Sedangkan siswa kelas B sudah mempunyai kompetensi membaca dan menulis, jadi siswa tinggal memperdalam pengucapan, cara menulis hanzi dan maknanya. Dan karena mata pelajaran bahasa Mandarin baru pertama kali diajarkan di TK ini, jadi tidak tersedianya buku panduan untuk disajikan. Maka, penulis mencari dan membuat sendiri materi yang akan disampaikan.

Dalam pendidikan anak usia 4-6 tahun khususnya Taman Kanak-kanak merupakan masa anak mengamati, mendengar dan menirukan. Karena itu diperlukan metode pengajaran dan media pembelajaran dalam upaya mengembangkan kemampuan dasar berbahasa. Tidak mudah memberikan pelajaran bahasa Mandarin kepada siswa, agar mereka dapat menyukai dan enjoy dengan bahasa Mandarin. Dengan pikiran yang dibuat setenang mungkin, santai,
dan terbuka sehingga bahan materi yang merangsang saraf penerima dapat diterima dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Soenjono Dardjowidjojo,1996;63). Untuk mempermudah siswa menerima pelajaran dibutuhkan media pembelajaran. Anggani Sudono mengemukakan bahwa media pembelajaran atau sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa,
misalnya buku referensi, buku cerita, dan buku gambar-gambar. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, penulis menggunakan media gambar dan permainan dalam penyampaian materi bahasa Mandarin. Dengan menggunakan media gambar, siswa dapat menerima dan mengerti maksud dari materi yang disampaikan. Dan khususnya memudahkan siswa dalam menulis hanzi. Sedangkan dengan menggunakan media permainan, siswa akan merasa senang, enjoy, antusias dan bersemangat untuk belajar, sekaligus dapat memudahkan siswa untuk mengingat kosakata-kosakata yang diberikan. Dengan memberikan pelajaran yang disertai media bantu, sebuah pelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, juga dapat memicu daya kreatif anak. Dan lagi media gambar dan permainan sangat efisien dan efektif dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan guna menegaskan masalah-masalah yang akan diteliti, sehingga memudahkan pengerjaannya serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah cerita gambar dalam pengenalan bahasa Mandarin dapat efektif dan lebih mudah dipahami oleh siswa TK Taman Rini?
2. Apa saja kendala yang dialami selama proses belajar mengajar dan bagaiman solusinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah media gambar dalam pengucapan dan pelafalan bahasa Mandarin dasar dapat efektif dan lebih dipahami oleh siswa TK Taman Rini.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami selama proses belajar mengajar dan bagaimana solusinya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, dalam pembelajaran bahasa Mandarin khususnya di TK Taman Rini.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat guna menambah khasanah kepustakaan di bidang pengetahuan khususnya bahasa Mandarin
b. Dapat menjadi acuan (referensi) bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian yang akan datang apabila bidang penelitiannya sama dengan yang penulis teliti.

1.5 Metode Penelitian

Metode penting sekali kegunaannya dalam penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipercaya kebenarannya sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tujuan dari penelitian dapat dicapai. Adapun jenis metode penelitian sebagai berikut :
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan terhadap objek penelitian.

b. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan yang terkait dengan tema penelitian yang bersifat informal kepada Kepala Sekolah, Guru pamong, dan Siswa.

c. Studi Pustaka
Teknik Pengumpulan data dengan cara mempelajari referensi atau buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai landasan dalam membahas kenyataan yang ditemui dalam penelitian dan mempertanggungjawabkan evaluasi dalam pembahasan masalah.







































BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Rewiew Hasil Peneltian
A.    Analisa Keefektivan Penggunaan Metode Drill dan Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin untuk Siswa Kelas VIIC SMP Kristen Gloria 2 Surabaya
B.     Analisa Kesalahan Penggunaan Kata “bu” dan “mei” pada Siswa kelas 4 dan 5 SDK Wijana Sejati Mojokerto
C.     Penggunaan Teknik Membaca Drill Guna Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Pelajaran Bahasa Mandarin pada Siswa Kelas VB SD YPPI 2 Donokerto Surabaya
D.    Penggunaan Media Pembelajaran pada Pembelajaran Tata Bahasa Mandarin untuk Siswa Kelas VC SD Gloria Pakuwon City Surabaya
E.     Analisa Kesalahan dalam Penggunaan kata keterangan “” dan “” pada Mahasiswa Prodi Mandarin di Universitas Widya Kartika Surabaya

2.2 Belajar Bahasa Asing Kedua

2.1.1 Pengertian Belajar Bahasa Asing Kedua

Penggunaan bahasa ibu atau bahasa pertama kali adalah suatu hal yang wajar dan ilmiah. Seorang anak pada umur kurang lebih lima tahun sering disebut “Akil Baliq secara bahasa” (Linguistically Adult) sudah lancar dan mantap dalam berbahasa ibu,baik dalam lafal, tata bahasa maupun penggunaan kalimat dalam percakapan. Sedangkan belajar bahasa kedua yaitu bahasa diluar bahasa Indonesia. Bahasa asing adalah bahasa yang dipakai oleh orang asing yaitu kelompok orang atau masyarakat diluar lingkungannya, misalkan: bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab dan lain-lain.

Belajar bahasa bukan hanya kegiatan menghafal, tetapi juga mencoba mengerti arti dan kegunaan bahasa tersebut dalam bahasa tulis dan lisan. Menurut paham Behaviorisme, belajar harus berlangsung dalam lima tahap yaitu a. Trial and Error b. Mengingat-ingat c. Meniru d. Mengasosiasikan e. Menganalogi ( Pranomo, 1996:21 ).

Yang dimaksud dengan bahasa kedua adalah bahasa yang tidak diperoleh seseorang secara wajar dari kecil (M.F. Baradja, 1990:21). Pemerolehan bahasa kedua diartikan dengan mengajar dan belajar bahasa asing dan atau bahasa kedua lainnya (Henry Guntur Tarigan, 1988:125).

Belajar bahasa kedua (bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Arab, dan sebagainya) pada umumnya dilakukan secara formal, yaitu di kelas bersama seorang guru dengan menggunakan buku teks tertentu. Hakikat belajar bahasa kedua tidak sama dengan belajar bahasa pertama. Belajar bahasa pertama dimulai dari “nol” (pembelajar belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini berjalan seiring dengan perkembangan fisik dan psikisnya.

Menurut Bialystok, dalam belajar bahasa kedua terdapat tiga macam ilmu pengetahuan (knowledge) dalam proses belajar bahasa kedua, yaitu Input, Knowledge, dan Output. Pembelajar jika ingin berhasil dalam belajar bahasa kedua harus memiliki pengalaman (language exposure) dan ini disebut Input. Kemudian, segala macam informasi dan pengalaman yang diperoleh si pembelajar harus disimpan di suatu tempat yang disebut Knowledge. Dan akhirnya sampailah pada Output, yaitu kemampuan untuk memahami dan
mengutarakan isi hati (M.F. Baradja, 1990: 23-24; Bialystok, 1980: 46).

2.1.2 Tinjauan Tentang Kosakata
Kosakata merupakan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan ( TIM penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1995 : 327), sedangkan menurut Zainuddin (1992 : 8), kosakata digunakan untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk dan jenis benda, bisa menggunakan kesatuan bahasa yang bermakna, yang disebut kata atau kelompok kata.

Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas yang dimilikinya. Semakin besar kosakata yang dimiliki semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Sehingga bisa dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya (Tarigan, 1993 : 2-3).

2.2 Suggestopedia

2.2.1 Sejarah Perkembangan Suggestopedia

Metode ini dirintis pada musim panas tahun 1975 di Bulgaria ketika sekelompok peminat di Institut Penelitian Pedagogy di bawah Georgi Lozanow melakukan penelitian mengenai pengajaran bahasa asing. Pada awal perkembangannya, suggestopedia hanya dicoba di negara-negara Eropa Timur seperti Uni Soviet, Jerman Timur, dan Hongaria (Soenjono Dardjowidjojo, 1996:62). Menurut Lozanow, sebagai landasan yang paling dasar
suggestopedia adalah suggestology, yakni suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sugesti.

Pikiran harus dibuat setenang mungkin, santai, dan terbuka sehingga bahan-bahan yang merangsang saraf penerimaan bisa dengan mudah diterima dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Soenjono Dardjowidjojo, 1996:63).

Ciri-ciri metode ini mencakup suasana sugestif di tempat penerapannya, dengan cahaya yang lemah lembut, musik yang sayup-sayup, dekorasi ruangan yang ceria, tempat duduk yang menyenangkan, dan teknikteknik dramatik yang dipergunakan oleh guru dalam penyajian bahan pembelajaran. Semua itu secara total bertujuan membuat para pembelajar
santai, yang memungkinkan mereka membuka hati untuk belajar bahasa dalam suatu model yang tidak menekan atau membebani para siswa. (Richards dan Rodgers, 1993:142).

2.2.2 Teknik Pelaksanaan Pengajaran

Teknik pelaksanaan pengajaran bahasa dengan suggestopedia sangat unik. Untuk kelas yang intensif, pembelajar bertemu selama empat jam sehari, enam kali seminggu, untuk jangka waktu satu bulan. Ostrander dan Schruder yang menyatakan bahwa suggestopedia bisa menghasilkan sampai 50 kali lebih baik daripada metode lain (Bancroft dalam Soenjono Dardjowidjojo, 1996:66).

Soenjono Dardjowidjojo (1996:66) memberikan kritik yang realistis terhadap penerapan suggestopedia. Menurutnya, apabila metode ini diterapkan di Indonesia maka akan terjadi pertentangan antara prinsip dasar suggestopedia dengan realitas yang dihadapi para guru di sekolah. Sebagai guru bahasa di sekolah, mereka harus mengikuti suatu sistem kurikulum yang berlaku, dan sudah tentu sekolah tidak mungkin menyediakan ruang yang besar untuk gerakan fisik siswa atau pun ruangan yang nyaman dengan music klasik, dekorasi ruang yang cerah, dan persyaratan penciptaan kondisi suggestopedia lainnya.

2.2.3 Suggestopedia Bersifat Humanistik

Menurut Stevick (dalam Muljanto Sumardi, 1996:20), pendekatan pengajaran bahasa yang mengutamakan peranan siswa dan berorientasi pada kebutuhan siswa disebut pendekatan yang bersifat humanistik. Dan menurut Stevick, pengajaran bahasa dianggap tidak bersifat humanistik apabila siswa belajar hanya karena tradisi atau karena kemauan orang lain, atau apabila proses belajar mengajar dikuasai sepenuhnya oleh guru. Tidak ada komunikasi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa yang lain. Siswa datang ke
sekolah dengan rasa tegang, takut membuat kesalahan, atau takut akan disalahkan guru.

(Muljanto Sumardi, 1996:23) mengemukakan mengenai beberapa cirri pendekatan yang bersifat humanistik, yaitu:

1. Melibatkan siswa seutuhnya dan memberi peranan lebih besar kepada siswa, induktif pendekatannya dan non korektif. Yang terakhir ini artinya bahwa membuat kesalahan dalam proses belajar itu wajar dan koreksi itu dilakukan nanti.

2. Pendekatan ini menganjurkan dan menggalakkan situasi komunikatif dan mencoba menciptakan suasana dan rasa kebersamaan. Banyak guru setuju bahwa rasa takut dan bosan adalah musuh utama learning. Rasa gembira dan tenang merupakan prasyarat bagi proses belajar yang efektif dan cepat. Ini berarti bahwa dalam mempelajari bahasa siswa harus merasa aman, tak terancam, santai, dan juga tertarik pada pelajaran dan merasa terlibat dalam berbagai kegiatan yang bermakna dalam bahasa yang dipelajarinya.

2.3 Media Pembelajaran

2.3.1 Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu: “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima informasinya adalah
siswa.

Anggani Sudono mengemukakan bahwa media pembelajaran atau sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa; antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, nara sumber, benda atau hasil-hasil budaya.

2.3.2 Manfaat media pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Manfaat media dalam proses pembelajaran (Arif S. Sadiman 1996) adalah:

a. Dapat memperjelas penyampaian pesan agar tidak bersifat verbalitas
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra: objek kecil.
c. Dapat mengatasi sifat pasif anak didik.
d. Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik
terhadap materi pengajaran yang disajikan
e. Menimbulkan rangsangan dan motivasi siswa untuk belajar mandiri sesuai
kemampuan dirinya.

2.3.3 Prinsip memilih media pembelajaran

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mediapembelajaran, yaitu :
a. media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan pengajaran
b. media yang dipilih hendaknya disenangi guru dan siswa yang disesuaikan dengan kemampuan siswa
c. media yang digunakan hendaknya tepat kegunaan dan tujuannya
d. media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya alat/bahannya atau tersedia waktu untuk mempersiapkan dan mempergunakannya.

2.3.4 Jenis-jenis Media

Ada berbagai macam jenis media yang lazim digunakan dalam pembelajaran, diantaranya adalah :

a. Media grafis termasuk media visual
Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Media ini banyak jenisnya seperti gambar(foto), sketsa, diagram, bagan(chart), garifk(graphs), papan panel, papan buletin.

b. Media audio, yang berkaitan dengan pendengaran
Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.

c. Media Proyeksi diam
Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain: Film bingkai (slide), Film rangkai, Overhead transparancy (OHT), Overhead projector (OHP).

d. Media cetak seperti buku, surat kabar.




2.4 Kesimpulan Sementara

            Dari bab 2 ini dapat diperoleh kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut:
1.      Media pembelajaran dalam mempelajari Bahasa Mandarin serta melafalkan Bahasa Mandarin sangatlah banyak.
2.      Bahasa Mandarin sangatlah penting karena Bahasa Mandarin merupakan Bahasa Internasional kedua setelah Bahasa Inggris
3.      Bahasa Mandarin sangatlah penting sehingga harus diajarkan kepada anak-anak mulai sejak kecil karena anak kecil lebih mudah menirukan pelafalan dan sugesti yang diberikan oleh orang dewasa.








































BAB 3
PEMBAHASAN


3.1 Mempelajari pengucapan Dalam Bahasa Mandarin
Cara pengucapan dalam bahasa Mandarin sangat penting. Cara pengucapan adalah landasan untuk bisa menguasai bahasa Mandarin. Maka, ingin belajar bahasa Mandarin harus memahami cara pengucapannya dulu. Cara pengucapan dalam bahasa Mandarin tidak terlepas dari yang disebut sebagai Pin
Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem penulisannya, oleh karena itu tanpa adanya sistem penulisan latin akan sulit bagi orang asing untuk mempelajari bahasa Mandarin. Maka pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi menggunakan sistem fonetik pinyin, yang dibuat oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik Rakyat Cina (中国文字改革委员会/ zhōng guó wén zì gǎi gé wěi yuán huì) sebagai sistem penulisan latinnya. Sistem fonetik pinyin mempermudah pemelajar asing yang hanya menguasai huruf latin. Saat ini pinyin telah digunakan pada banyak tempat seperti pada sistem pengetikan huruf han di komputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar, software komputer, dan lain-lain.
Bentuk penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku kata terdiri dari huruf vokal (声母/shēng mǔ) dan huruf konsonan (韵母/yùn mǔ dan nada (声调/ shēng diào) yang diletakkan di atas huruf vokal. Bentuk suku yin(拼音).
Apa itu Pinyin ?
 kata pinyin dapat berupa huruf vokal saja seperti : a, e, ai, ei, ao, ou, atau terdiri dari huruf konsonan dan vokal, seperti : ba, mu, na, le, ti dan dapat juga terdiri dari huruf vokal dan konsonan, seperti : en, er.

            3.2 Cara Melafalkan Pinyin
            Pinyin memiliki vokal dan konsonan. Cara pelafalan vokal lebih kurang sama dengan pelafalan vokal dalam bahasa Indonesia, namun untuk konsonan memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia, berikut adalah bentuk konsonan dalam Pinyin :
1. Suara bibir (bilabial) : b p m
2. Suara gigi atas dan bibir bawah (labio dental) : f
3. Suara ujung Lidah (apico dental) : d t n l
4. Suara pangkal lidah (dorso velar) : g k h
5. Suara badan lidah : j q x
6. Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (apico palatal) : zh ch sh r
7. Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (lamino dental) : z c s



3.3 Vokal Bahasa Mandarin
            Vokal dalam pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda dan vokal dengung/nasal. Berikut adalah penjelasan mengenai cara pelafalan vokal pinyin :

o.         Vokal 
Cara Pelafalan
1.         a          dilafalkan a, seperti dalam kata “aku”
2.         i           dilafalkan i, seperti dalam kata “ibu”
3.         u          dilafalkan u, seperti dalam kata “udara”
4.         e          dilafalkan e, seperti dalam kata “entah”, dan dapat dilafalkan seperti e dalam kata “enak”
5.         o          dilafalkan o, seperti dalam kata “orang”
6.         ü          disebut sebagai ü umlaut, pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal i, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal u.Contoh
7.         ai         lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ai” dalam kata “belai”
8.         ei         lafalkan vokal e terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal i. seperti “ei” dalam kata “hei!”
9.         ao        lafalkan vokal a terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti “ao” dalam kata “row” bahasa Inggris.
10.       ou        lafalkan vokal o terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal u. seperti “ou” dalam kata “o..ow!!”
11.       ia         lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti “ia” dalam kata “ya!!”
12.       ie         lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
13.       iao       lafalkan vokal i terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ao. seperti dalam lafal “yao”
14.       ua        lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal a. seperti dalam lafal “wa”
15.       uo        lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal o. seperti dalam lafal “wo”
16.       uai       lafalkan vokal u terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal ai. seperti dalam lafal “wai”
17.       üe        lafalkan vokal ü terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal e dalam kata “enak”
18.       an        lafalkan seperti dalam kata “anjing”
19.       en        lafalkan seperti dalam kata “entah”
20.       ang      lafalkan seperti dalam kata “angka”
21.       eng      lafalkan seperti dalam kata “enggak”
22.       ong      lafalkan vokal o terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan eng.
23.       ian=ien            lafalkan vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an yang dilafalkan seperti kata en dalam “enak”
24.       in         lafalkan seperti dalam kata “internet”
25.       iang     lafalkan seperti dalam kata “yang”
26.       ing       lafalkan seperti dalam kata “inggris”
27.       iong=iung        lafalkan vokal i terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal ong. lafalkan seperti yung dalam kata “gayung”
28.       uan      lafalkan seperti dalam kata “awan”
29.       uang    lafalkan seperti dalam kata “uang”
30.       ueng    lafalkan seperti dalam lafal “weng”
31.       üan      lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal an
32.       ün        lafalkan vokal ü terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal en












































BAB 4

PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis bab-bab sebelumnya. Serta saran untuk menjadikan langkah lebih maju dan lebih baik dalam menganalisi suatu masalah. Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
-          Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang dihasilkan akan kurang tepat.
-          Media gambar dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar dapat memotivasikan siswa TK Taman Rini dalam belajar bahasa Mandarin. Siswa dapat menulis dan menghafal hanzi dengan media gambar. Media permainan dapat menciptakan situasi kelas menjadi demokratis dan terbuka, sehingga membuat siswa nyaman berada dikelas dan berani mengeksplorasikan diri. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi disetiap pertemuannya. Hasil yang diperoleh siswa rata-rata baik.

4.2 Saran
          Adapun saran-saran tersebut adalah :
1.      Penyediaan sarana penunjang yang memadai dalam belajar bahasa  Mandarin, seperti buku-buku pelajaran dari penerbit yang telah diakui bukunya atau bahan bacaan untuk mendukung.
2.      Para guru di TK Taman Rini harus sering memberi pelatihan kepada para siswanya agar mereka dapat melafalkan bahasa mandarin dengan tepat
3.      Media yang digunakan harus bisa membuat para siswa untuk dapat semakin meningkatan kemampuan dalam berbahasa Mandarin

1 komentar:

  1. Kami CV. Bahagia Sukses Makmur Menjual Tenda Roder bentangan l0 dan kelipatan 5 , tenda transparan yang digunakan buat wedding atau acara lain dan tenda kerucut yang bisa digunakan untuk tempat promosi dan bisa juga digunakan untuk tenda vaksinasi covid 19 dengan Berbagai Macam Bahan Dan Ukuran betangan 10, 15 dan betagan 20 Sesuai Dengan Kebutuhan Yang diPerlukan tenda vaksinasi juga Bisa Digunakan untuk tempat ruagan darurat sesuai kebutuhan bapak ibu.

    untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami
    NO. HP :081996000567 (lina)
    Alamat Ruko Cendana raya 15 a Tangerang, Bencongan indah, Karawaci Tanggerang

    https://www.jualo.com/profile/iklan
    https://www.olx.co.id/myads
    https://id.pinterest.com/tendaroder24/_created/
    https://twitter.com/PameranR8
    https://sites.google.com/u/2/new?authuser=2
    https://www.kaskus.co.id/@Huruftimbul23/?ref=header&med=profile_menu
    https://www.tokopedia.com/alishabsm


    #jualtendasarnafilmurah #jualtendabentagan10 #jualtendabentagan15 #jualtendabentagan20 #jualtendaBerkualitas #jualtendavaksinasitangerang #jualtendavaksinasijakarta #jualtendavaksinasibogor #jualtendavaksinasidepok

    BalasHapus