Rabu, 17 Desember 2014

PENGGUNAAN DEMONSTRASI DAN PERMAINAN PADA PENGAJARAN MENULIS BAHASA MANDARIN BAGI USIA DINI


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.

Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri.

Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
Usia 0-3 tahun
: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
Usia 5 tahun
: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
Usia 6-12 tahun
: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat  jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.



Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.

Beberapa Metode Belajar Anak
1.Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

2.Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.

3.Metode Resitasi (Recitation Method) Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

4.Metode Latihan Keterampilan (Drill Method) Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda  juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.

5.Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method) Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-sama.

6.Metode Perancangan (Project Method ) Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.

7.Metode Bagian (Teileren Method) Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu.

Bahasa mencakup komunikasi verbal dan komunikasi non verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, dan membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang dikemukakan para ahli. Pemahaman akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Ada beberapa teori yang merupakan implementasi berbahasa ,antara lain:
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
B. Perkembangan Bahasa Anak
Bahasa meliputi berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa memungkinkananak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakanuntuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian bahasa merupakan alat untuk berfikir,mengekspresikan diri dan berkomunikasi.
Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya padapengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelumbelajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan.
Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun.Oleh karena itu pendidikanAnak Usia Dini merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anaksehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan berbahasa pada anak usia dini.Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. Dengan kosa kata yangmereka miliki pertumbuhan kosa kata anak akan tumbuh dengan cepat seperti dikemukan olehSroufe(1996) pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah mereka mulai berbicara.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan metode dan demonstrasi menulis huruf  bahasa mandarin pada usia dini”. Dengan batasan masalah keterampilan berbicara anak usia dini dengan metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar. Secara lebih rinci rumusan masalah diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
2. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini ?

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk mengetahui penggunaan demonstrasi dan permainan pada pembelajaran menulis huruf bahasa mandarin bagi usia dini.
1.Untuk mengetahui keterampilan dalam belajar menulis huruf  bahasa mandarin  usia dini yang sekitar pada usia 4-6 tahun.
2. Untuk mengetahui keterampilan dalam permainan tulisan juga sekaligus mengetahui  dan memahami pada usia dini.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara metode demonstrasi terhadap  keterampilan menulis huruf pada anak usia dini.
1.4 Manfaat Penelitian
     1.Dapat mengetahui cara belajar sekaligus menulis huruf bahasa mandarin dalam bermain.
     2.Mengetahui bagaimana cara penulisan karakter pada bahasa mandarin.
1.5 Batasan Masalah
     Tujuan meroda bercakap-cakap menurut Moeslihatun (1999) adalah:
 1. Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapat kepada siapapun.
 2. memberi kesempatan pada anak untuk berekspresi secara lisan
 3. Memperbaiki lafal dan ucapan anak
4. Mengembangka intelegensi anak
5. Menambah perbendaharaan kosa kata
6. Melatih daya tangkap
7. Melatih daya fikir dan fantasi anak
8. Menambah pengetahuan dan pengalaman anak
 9. Memberikan kesenangan pada anak
10. Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis


BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Teori
     Ada beberapa teori yang merupakan implementasi berbahasa ,antara lain:
1) Teori behaviorist oleh Skinner
 mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.

2) Teori Nativist oleh Chomsky
mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memilikiseperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.

3) Teori Constructive oleh Piaget Vigotsky dan Gardner
            menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
























BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Aspek-aspek
            Aspek perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosi, bahasa, serta sosial berlangsung sangat cepat dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya.

Menurut Depdiknas (2003 : 105) fungsi pengembangan bahasa bagi anak TK adalah :
(a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan.
(b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak.
(c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak.
(d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

            Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1984 : 1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari pengembangan
bahasa untuk anak usia dini yaitu “anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-
simbol yang melambangkannya”.
Salah satu masalah yang berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah keterampilan berbicara anak usia dini kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar, karena lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia dini masih terbatas, sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan anak kadang merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya.
Arsyad dan Mukti U.S (1993 : 23) dalam (Chista Rosita, 2007) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucap kalimat-kalimat untuk mengekpresikan, menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan.


         BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis dini. Dalam mengembangkan kemampuan bahas anak, guru/tutor dapat memilih strategi dan metoda secara bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dam menulis. Metode cerita merupakan salah satu metoda yang banyak dipergunakan untuk Anak Usia Dini.Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini

           






Tidak ada komentar:

Posting Komentar