BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling
penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina
kepribadian mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus
dilakukan pada masa awal ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala
kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu merealisasikan potensi
anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
Acuan
memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan
anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang
ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil
keputusan sendiri.
Terdapat
beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
Usia 0-3
tahun
: anak
dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus
diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru
itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan
anak.
Usia 5
tahun
: berikan
kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu.
Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan
anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau
biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka
merangkai kalimat.
Usia 6-12
tahun
:
perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka
ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif,
misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode
main maping, yaitu membuat jaringan
topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan
satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi
sampai jumlah penyangganya.
Proses
belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu
orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman,
membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan
metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat
pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang
diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga dengan
memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang
terjadi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
Beberapa
Metode Belajar Anak
1.Metode
Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya
sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan
rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil
belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir
kreatif dan berinisiatif.
2.Metode
Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi
kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di
Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan
anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau
menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar
tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga
mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari
alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan
mulai umur empat sampai 12 tahun.
3.Metode
Resitasi (Recitation Method) Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat
resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak
yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya,
Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan
lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.
4.Metode
Latihan Keterampilan (Drill Method) Kegiatan yang mewakili metode ini sering
Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah
Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani
proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain
melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan
menggunakan alat-alat. Anda juga dapat
mengajarkan anak berhitung secara konkret.
5.Metode
Pemecahan Masalah (Problem solving Method) Berikan soal-soal yang tingkat
kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari
solusinya bersama-sama.
6.Metode
Perancangan (Project Method ) Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu
proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang
menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang
dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
7.Metode
Bagian (Teileren Method) Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian
petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan
satu persatu.
Bahasa mencakup
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal serta dapat dipelajari secara
teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki
seseorang. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan
bunyi, menulis, dan membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di
tingkat yang lebih tinggi. Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak
terlepas dari berbagai teori yang dikemukakan para ahli. Pemahaman akan berbagai
teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang
tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga
diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai
dengan tingkat usia anak. Ada beberapa teori yang merupakan implementasi
berbahasa ,antara lain:
Permainan yang dapat
mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat
peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau
nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story
reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat
merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh
pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara
menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
B. Perkembangan Bahasa Anak
Bahasa meliputi
berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa
memungkinkananak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol
yang dapat digunakanuntuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian
bahasa merupakan alat untuk berfikir,mengekspresikan diri dan
berkomunikasi.
Menurut Eliason (1994)
perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya
padapengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa
bayi sebelumbelajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan,
senyuman dan gerakan badan.
Belajar bahasa sangat
krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun.Oleh karena itu pendidikanAnak
Usia Dini merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa
anaksehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan
berbahasa pada anak usia dini.Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan
lingkungan tetangga. Dengan kosa kata yangmereka miliki pertumbuhan kosa kata
anak akan tumbuh dengan cepat seperti dikemukan olehSroufe(1996)
pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah mereka mulai berbicara.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana pengaruh penggunaan metode dan demonstrasi menulis huruf bahasa mandarin pada usia dini”. Dengan
batasan masalah keterampilan berbicara anak usia dini dengan metode bercerita
menggunakan buku cerita bergambar. Secara lebih rinci rumusan masalah diuraikan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak
menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
2.
Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan
metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan
antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia
dini ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian
secara umum adalah untuk mengetahui penggunaan demonstrasi dan permainan pada pembelajaran
menulis huruf bahasa mandarin bagi usia dini.
1.Untuk mengetahui
keterampilan dalam belajar menulis huruf
bahasa mandarin usia dini yang
sekitar pada usia 4-6 tahun.
2. Untuk mengetahui
keterampilan dalam permainan tulisan juga sekaligus mengetahui dan memahami pada usia dini.
3. Untuk mengetahui
pengaruh yang signifikan antara metode demonstrasi terhadap keterampilan menulis huruf pada anak usia
dini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Dapat
mengetahui cara belajar sekaligus menulis huruf bahasa mandarin dalam bermain.
2.Mengetahui bagaimana cara penulisan karakter pada bahasa mandarin.
1.5 Batasan Masalah
Tujuan
meroda bercakap-cakap menurut Moeslihatun (1999) adalah:
1.
Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapat kepada
siapapun.
2. memberi
kesempatan pada anak untuk berekspresi secara lisan
3.
Memperbaiki lafal dan ucapan anak
4. Mengembangka intelegensi anak
5. Menambah perbendaharaan kosa kata
6. Melatih daya tangkap
7. Melatih daya fikir dan fantasi anak
8. Menambah pengetahuan dan pengalaman anak
9. Memberikan
kesenangan pada anak
10. Merangsang
anak untuk belajar membaca dan menulis
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Teori
Ada beberapa teori yang merupakan
implementasi berbahasa ,antara lain:
1) Teori behaviorist oleh Skinner
mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi
oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian
stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku
positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan
secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk
membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk
pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan,
mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem
pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan
dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan
terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.
2) Teori Nativist oleh Chomsky
mengutarakan bahwa
bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah
memilikiseperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau
‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak
sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan
dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut
Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini
berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model
pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum
usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari
usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.
3) Teori Constructive oleh Piaget Vigotsky dan
Gardner
menyatakan
bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain
sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki
perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui
interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir.
Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan
optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu
didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau
orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan
menolong anak kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi
kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu
menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan
pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1 Aspek-aspek
Aspek
perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelektual,
emosi, bahasa, serta sosial berlangsung sangat cepat dan akan berpengaruh besar
terhadap perkembangan selanjutnya.
Menurut Depdiknas (2003 : 105) fungsi pengembangan
bahasa bagi anak TK adalah :
(a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
lingkungan.
(b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual anak.
(c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak.
(d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah
pikiran kepada orang lain.
Keterampilan
berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis
(Tarigan, 1984 : 1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang
saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keempat
keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan
berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain,
sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari
pengembangan
bahasa untuk anak usia dini yaitu “anak mampu
mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-
simbol yang melambangkannya”.
Salah satu masalah yang
berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah keterampilan berbicara anak
usia dini kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar, karena lebih
memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan
kata yang dimiliki anak usia dini masih terbatas, sehingga anak usia dini
kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru dan anak kadang merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya.
Arsyad dan Mukti U.S
(1993 : 23) dalam (Chista Rosita, 2007) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucap kalimat-kalimat untuk mengekpresikan, menyatakan
pikiran, gagasan dan perasaan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi,
dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa
dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai
sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan
pertumbuhan bahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini
bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan , berbicara, membaca, dan
menulis dini. Dalam mengembangkan kemampuan bahas anak, guru/tutor dapat
memilih strategi dan metoda secara bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa adalah kegiatan yang dapat
menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dam menulis. Metode cerita
merupakan salah satu metoda yang banyak dipergunakan untuk Anak Usia
Dini.Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan
tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar