Rabu, 17 Desember 2014

Penggunaan Media Visual (Film Kartun) Terhadap Pemahaman Bahasa Mandarin Pada Anak SD di Surabaya


Bab 1
Pendahuluan


1.1              Latar Belakang


Anak – anak, identik dengan masa bermain, dan sulit untuk belajar. Anak – anak beranggapan bahwa belajar merupakan kegiatan yang membosankan. Sehingga mereka tidak tertarik untuk belajar, dan lebih memilih untuk bermain. Selain itu, ditambah dengan  kesulitan untuk memahami sesuatu hal yang baru mereka dapatkan. Membuat motivasi mereka untuk belajar pun cenderung turun. Padahal, motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Misalnya belajar bahasa mandarin. Banyak kata – kata baru yang didapatkan, membuat  anak – anak sulit untuk memahami dan mengingat. Sementara metode yang diberikan hanya ceramah, dan mengulang tulisan di buku kotak. Tentu hal tersebut akan membuat belajar bahasa mandarin terasa membosankan bagi anak – anak.
Berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh anak – anak  tersebut, Media visual merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran khususnya pada anak – anak. Objek visual yang di tawarkan mampu membuat anak – anak menjadi tertarik untuk belajar, dan membantu anak – anak dalam memahami maksud maupun dari kata yang dipelajari. Banyak macam media visual yang dapat digunakan misalnya video yang dapat berupa memutarkan film kartun dengan bahasa mandarin, atau gambar dengan tulisan Hanzi.
Adanya dua fenomena tersebut penulis ingin membuat karya tulis  dengan judul penggunaan media visual (film kartun) terhadap pemahaman bahasa mandarin pada anak di sekolah internasional Surabaya, untuk melihat sejauh mana tingkat pemahaman bahasa manadarin pada anak – anak  dengan menggunakan metode pembelajaran yang memanfaatkan media visual ( film kartun).
1.2              Tujuan

1.2.1        Tujuan Umum :

A.    Mengetahui sejauh mana penggunaan media visual (film kartun) mampu menambah pemahaman anak – anak di sekolah internasional.

1.2.2        Tujuan Khusus :

A.    Melihat tingkat ketertarikan anak – anak yang belajar dengan menggunakan media visual (film kartun).
B.     Melihat tingkat motivasi belajar pada anak – anak  dengan menggunakan media visual (film kartun).

1.3              Manfaat

1.3.1        Manfaat Teoritis
Adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan refenrensi kepada peneliti lain yang juga meneliti mengenai Penggunaan Media Visual (Film Kartun) Terhadap Pemahaman Bahasa Mandarin Pada Anak di Sekolah Internasional Surabaya.

1.3.2        Manfaat Praktis
Karya tulis yang dibuat, diharapkan dapat menambah ilmu bagi penulis, pembaca, maupun orang yang juga akan meneliti hal yang serupa.



1.4              Rumusan Masalah

1.      Karya tulis yang dibuat ingin melihat dan mengetahui apakah penggunaan media visual (film kartun) ada hubungan atau pengaruh terhadap pemahaman bahasa mandarin pada anak – anak di sekolah Internasional Surabaya?
2.      Apakah ada perbedaan motivasi belajar pada anak – anak saat menggunakan media visual (film kartun) saat belajar?
3.      Ada atau tidaknya perbedaan pemahaman mengenai kata – kata baru bahasa mandarin saat menggunakan media visual (film kartun).















Bab 2
Landasan Teori

2.1 Review Hasil Penelitian
           
NO.
Judul
Isi
1.
Desain Komunikasi Visual Sarana Pembelajaran Bahasa Mandarin Terhadap Anak (Studi Kasus di SD Marsudini Surakarta)
Perancangan sarana belajar bahasa mandarin di SD Marsudini Surakarta dengan menggunakan media audio visual dan media cetak.
2.
Penggunaan Media Audio Visual (Slide Show Animation) dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Mandarin di SDN 03 Jaten Karanganyar.
A.    Pemanfaatan media audio visual (slide show animation) dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran kosakata bahasa Mandarin.
B.     Hambatan yang dialami  dalam penggunaan media audio visual (slide show animation) selama proses pembelajaran bahasa mandarin dan solusi untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
1.      Keterbatsan waktu dalam mengajar yaitu 35 menit sehingga dalam penyampaian materi kurang maksimal. Guru praktikan meminta tambahan waktu selama 10 menit agar penyampaian materi lebih optimal.
2.      Pada saat pelajaran siswa sangat ramai dan kurang memperhatikan pelajaran. Guru praktikan memfokuskan perhatian siswa dengan memutarkan video tentang materi pelajaran.

3.
Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media Bantu Siswa dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin di SMA Negeri 4 Surakarta.
Media audio visual (film kartun) tidak dapat mengantikan metode ceramah serta tanya jawab dalam proses pembelajaran. Media audio visual (film kartun) hanya sebagai media bantu. Materi yang disajikan dengan menggunakan media audio visual (film kartun) dalam setiap pertemuan tidak sebanyak materi yang dapat disajikan melalui metode ceramah. Pemanfaatan audio visual (film kartun) sebagai media bantu penambah kosakata siswa dalam pembelajaran bahasa mandarin di SMA Negeri 4 Surakarta dapat diterima oleh siswa dengan baik. terbukti dengan hasil prosentase nilai siswa dalam tes kosakata yang mampu mencapai nilai prosentase di atas 75 %.
4.
Film Sebagai Pembelajaran Bahasa
Film sebagai media pembelajaran sangat perlu diterapkan karena selain mempermudah proses belajar mengajar, Film juga bisa menjadi standart kualitas untuk memberikan materi dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan pemahaman siswa.
5.
Penggunaan Media Audio Visual (slide show animation) untuk Meningkatkan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin di SMKN 1 Magetan
Penggunaan audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal itu dapat dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai rata – rata tes siswa yang diadakan pada setiap pertemuan.


2.2 Landasan Teori
            2.2.1    Pengertian Media Visual
Media Visual adalah alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca – indera mata. (Daryanto, 1993:27). Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Media visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan yang dapat bergerak dilayar bias, seperti : motion picture film dan loop film. Masing – masing media bergerak dan tidak bergerak pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sehingga, pengunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

            2.2.2    Macam – Macam Media Visual
Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihat. Media visual dibedakan menjadi dua :
1.      Media Visual Diam
Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rngkai,OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain- lain.

2.      Media Visual Gerak
Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.

2.3       Pengertian Bahasa Mandarin
Mandarin dalam pengertian yang sempit, berarti Putinghua, dan Guoyu yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan.
Bahasa Mandarin dalam pengertian yang luas adalah dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu.           
                       
2.4       Pengertian Anak – Anak
Pengertian anak menurut undang – undang nomor 3 tahun 1997 adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penrus cita – cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Sementara pengertian lain menyebutkan bahwa anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas.








Bab 3
Metodologi Penelitian


3.1   Teknik Pengambilan Data
1.      Observasi
Observasi yang dilakukan, melihat ekspresi anak – anak saat diputarkan sebuah film kartun. Selain itu, pada tahap observasi ini, penulis juga ingin melihat bagaimana tingkah laku mereka saat diputarkan film kartun, dan tanggapan mereka terhadap film kartun yang telah diputarkan.

2.      Wawancara
Wawancara dilakukan pada beberapa anak yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode visual (film kartun). Pertanyaan berkaitan dengan perbedaan kenyamanan belajar dengan menggunakan metode ceramah dan metode visual. Selain itu, pertanyaan juga seputar seberapa jauh mereka dapat memahami materi dengan menggunakan metode visual (film kartun).


3.2   Prosedur Karya Tulis

1.      Tahap Persiapan :

A.    Peneliti mencari tema dan judul yang akan dibahas.
B.     Menentukan tujuan dan manfaat dari karya tulis yang akan dibahas.
C.     Peneliti mencari bahan – bahan berupa jurnal, artikel, maupun skripsi yang berkaitan dengan tema yang akan di tulis.
D.    Menyiapkan metode – metode yang akan digunakan dalam penelitian.

E.     Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.

2.      Tahap Pelaksanaan

A.    Pelaksanaan akan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yang masing masing pertemuan tersebut dilaksanakan seminggu sekali. Rincian pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :
Pertemuan 1 :
·         Pengenalan mengenai cara mengajar guru, dan karakter dari anak – anak peserta didik.

Pertemuan 2 – 4 :
·         Pemutaran film kartun. Setelah film kartun selesai diputar, anak – anak diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Hasil dari jawaban yang telah dijawab tersebut dinilai, dan dilihat apakah ada perkembangan yang lebih baik dari pertemuan – pertemuan sebelumnya.










Bab 4
Pembahasan


4.1 Kasus
                  Anak – anak identik dengan masalah sulit untuk belajar. Salah satu penyebab sulit belajar tersebut karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Misalnya seperti saat belajar bahasa mandarin. Kebanyakan metode pembelajaran di sekolah hanya berupa ceramah, dan peserta didik diminta untuk menulis Hanzi di buku kotak beberapa kali. Alhasil adanya kejenuhan dari para peserta didik, dan dampak dari kejenuhan tersebut berpengaruh pada motivasi mereka dalam belajar. Disisi lain banyaknya media pembelajaran yang ada tidak di manfaatkan dengan baik. Misalnya menggunakan media visual salah satunya berupa film kartun. Media visual yang digunakan tersebut, tentunya dapat menarik perhatian peserta didik, mengingat usia mereka yang masih senang melihat film kartun.

4.2   Analisa
Media Visual (Film Kartun) dapat meningkatkan motivasi anak – anak dalam belajar. Berbagai jenis cerita yang ditawarkan didalamnya membuat mereka ingin mengetahui isi dari film tersebut.  Selain itu tulisan dialog yang terdapat pada film tersebut dapat membantu anak – anak peserta didik mengingat karakter Hanzi. Adanya suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar tersebut dapat membuat anak – anak peserta didik lebih mudah menyerap informasi yang baru mereka dapatkan. Sehingga target pembelajaran yang ditetapkan oleh pendidik dapat tepat sasaran dan sesuai dengan yang diharapkan.

Bab 5
Penutup

Ada berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai media belajar. Pemanfaatan media yang sesuai dengan kebutuhan dapat membuat target tercapai dan tepat sasaran. Para pendidik diharapkan dapat lebih membuat variasi dalam mengajar. Sehingga, para peserta didik merasakan suasana belajar yang menyenangkan.

5.1  Kesimpulan

1.      Pemanfaatan media visual baik film kartun ataupun slide show animation dapat membuat meningkatkan motivasi anak – anak peserta didik.
2.      Variasi metode pengajaran dalam kelas dapat membuat suasana belajar jadi lebih menyenangkan. Sehingga target pembelajaran dapat menjadi tepat sasaran.
3.      Hambatan yang didapatkan berkaitan dengan alokasi waktu yang ada. Pemutaran film kartun memakan waktu yang lama. Sehingga terkadang waktu yang ada tidak cukup.









Daftar  Pustaka

Drusminto.blogspot.com/2011/06/pengertian-media-pembelajaran.html?m=1
Film Sebagai Pembelajaran Bahasa
Pascaunesa2011.blogspot.com/2012/01/film-sebagai-media-pembelajaran-bahasa.html?m=1
Herdiannanda,Dea. Desain Komunikasi Visual Sarana Pembelajaran Bahasa Mandarin Terhadap Anak (Studi Kasus di SD Marsudini Surakarta)
Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media Bantu Siswa dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin di SMA Negeri 4 Surakarta.
Maretaningtias,Andri. Penggunaan Media Audio Visual (Slide Show Animation) dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Mandarin di SDN 03 Jaten Karanganyar.
Penggunaan Media Audio Visual (slide show animation) untuk Meningkatkan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin di SMKN 1 Magetan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar